Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analysis of the Carrying Capacity and Environmental Capacity of the Bukit Tangkiling Natural Park Rasidi, Muhammad; Lautt, Bambang S.; Ludang, Yetrie; Usup, Sidik R.; Jaya, Adi
International Journal of Multidisciplinary Approach Research and Science Том 1 № 02 (2023): International Journal of Multidisciplinary Approach Research and Science
Publisher : PT. Riset Press International

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59653/ijmars.v1i02.70

Abstract

The Bukit Tangkiling Park area was determined based on the Decree of the Minister of Agriculture of the Republic of Indonesia number: 046/Kpts/Um/1/1977 on January 25, 1997, with an area of 533 Ha. Bukit Tangkiling Nature Park has sloping lowlands, undulating to hilly terrain, and very steep slopes of 2% to 45% at 25 to 170 metres above sea level. Year-to-year tourism increases. An increase in tourist visits can damage natural resources and the environment by exceeding the carrying capacity and capacity of the environment. Cifuentes (1992)'s method is used to calculate the natural tourist environment's carrying capacity in protected areas. The assessment to determine the maximum number of visits to a tourist area is based on the physical, biological and management conditions in the tourist area by considering three main aspects; physical carrying capacity (PCC), real carrying capacity (RCC) and effective carrying capacity (ECC). The research was conducted with the aim of analyzing the value of the effective carrying capacity (ECC). The maximum number of tourists that can visit the Bukit Tangkiling Natural Tourism Park without disrupting the ecology. PCC = 219.063, RCC = 5.475, MC = 0.9, ECC = 4,927 people/day. ECC of 353 people/day. This value is less than the Nature tourist Carrying Capacity Value and does not harm the environment of the natural tourist region. This allows Bukit Tangkiling Park growth.
Evaluation of Lung Function as a Result of Bad Air Quality from Forest and Peatland Fires Concerning Work Activities: Penilaian Fungsi Paru sebagai Akibat Kualitas Udara Buruk dari Kebakaran Hutan dan Gambut yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja Simatupang, Tumpal; Ludang, Yetrie; Usop, Aswin; Nawan, Nawan; Lautt, Bambang S.; Neneng, Liswara
HUTAN TROPIKA Vol 19 No 1 (2024): Volume 19 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v19i1.14219

Abstract

Kualitas udara terus menjadi perhatian penting bagi lingkungan dan kesehatan manusia dalam skala global, terutama di negara-negara berkembang. Pada tahun 2015, Indonesia menarik perhatian dunia akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang luas. Indikator konsentrasi partikel di Kalimantan Tengah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022. Paparan udara yang terkontaminasi dengan polusi PM menimbulkan bahaya kesehatan yang substansial bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan rutin. Namun demikian, terdapat kelangkaan penelitian tentang dampak kebakaran hutan terhadap kesehatan pernapasan di Kalimantan Tengah. Spirometer multiguna Chest Miyagi HI-801 yang telah dikalibrasi digunakan untuk melakukan pengukuran fungsi paru. Para peserta dinilai sambil berdiri di dalam ruangan dalam lingkungan yang terkendali dengan aliran udara yang konsisten. Seorang peneliti merekrut total 215 responden yang memenuhi kriteria penelitian dari 7 lokasi perkotaan dan pedesaan. Lokasi-lokasi tersebut dipilih secara subyektif oleh peneliti untuk mencapai jumlah sampel yang diinginkan, dengan fokus pada lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber kebakaran hutan dan lahan gambut. Sebelum tes, tinggi dan berat badan subjek dinilai dan dimasukkan ke dalam spirometer, yang kemudian secara otomatis menghitung prediksi fungsi paru-paru. Spirometri adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru-paru, yang melibatkan pengukuran beberapa parameter termasuk kapasitas vital paksa (FVC), volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), rasio FEV1 terhadap FVC, dan Arus Ekspirasi Paksa (FEF). Penelitian ini bertujuan untuk menilai dampak kebakaran hutan yang berulang, yang mengakibatkan kualitas udara yang buruk, terhadap fungsi paru pada individu berdasarkan pekerjaan mereka di Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Kapuas, yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan tes spirometri. Pada tahun 2023, tercatat bahwa kuantitas PM 2.5 di udara di Kota Palangka Raya telah melampaui ambang batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, tidak ada variasi yang mencolok dalam fungsi paru-paru di antara para peserta berdasarkan jenis kelamin mereka