p-Index From 2020 - 2025
0.983
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Arsitektur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IDENTIFIKASI ADAPTASI GAYA ARSITEKTUR KOLONIAL PADA BANGUNAN GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS CATUR INSAN CENDEKIA CIREBON Evellien; Sasurya Chandra
Jurnal Arsitektur Vol. 15 No. 2 (2023): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Warisan budaya lokal maupun pendatang nampak jelas dan tersebar luas di kota-kota di Indonesia, khususnya Kota Cirebon. Terlihat dari perkembangan pembangunan dengan bentuk peninggalannya yang berupa langgam Arsitektur menjadi ciri khas tersendiri di Kota Cirebon, yaitu Arsitektur Kolonial. Sejarah arsitektur Kolonial Belanda pada hakekatnya merupakan suatu bagian yang integral dari adanya sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia. Namun, dengan adanya pengaruh langgam arsitektur lain yang berkembang diantaranya seperti arsitektur jengki, dan modern, dapat terjadi sebuah bentuk percampuran gaya arsitektur pada bangunan kolonial yang ada. Gaya arsitektur disesuaikan dengan iklim tropis ketersediaan material yang ada di Indonesia, sehingga bentuk yang dihasilkan menjadi bentuk baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk adaptasi arsitektur kolonial dan langgam arsitektur lain yang diterapkanpada bangunan gedung Rektorat Universitas Catur Insan Cendekia Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari hasil observasi lapangan, dokumentasi/sketsa dan studi literatur yang berhubungan dengan objek studi. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya percampuran berbagai gaya arsitektur kolonial dan arsitektur jengki yang menjadikannya sebagai bentuk adaptasi arsitektur pada bangunan gedung Rektorat Universitas Catur Insan Cendekia Cirebon yang terlihat dari perbedaan gaya arsitektur antara bagian fasad, badan bangunan, dan atapnya.
IDENTIFIKASI ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG MARAPAT LIMA CIGUGUR - KABUPATEN KUNINGAN Maulana, Hilmi; Sasurya Chandra
Jurnal Arsitektur Vol. 16 No. 1 (2024): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kuningan adalah sebuah wilayah Kabupaten yang terletak di sebelah timur di Provinsi Jawa Barat. Kuningan memiliki beberapa cagar budaya yang historikal dan sangat menarik. Dari beberapa cagar budaya, terdapat salah satu bangunan cagar budaya yang menarik untuk diteliti, yaitu Bangunan Gedung Marapat Lima. Gedung Marapat Lima memiliki gaya Arsitektur dan bentuk bangunan yang cukup menarik dan berbeda dari bangunan pada umumnya yang berada di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Gedung Marapat Lima dalam segi Arsitekturnya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara pengumpulan data dari sumber informasi, pengukuran serta dokumentasi. Gedung Marapat Lima merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Kuningan, yang merupakan bagian dari bangunan cagar budaya Paseban Tri Panca Tunggal. Dan masih kurangnya informasi terkait Gedung Marapat Lima ini. Hasil dari penelitian ini bertujuan sebagai data dan arsip Bangunan cagar budaya Gedung Marapat Lima dan bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luar sana bahwasanya Kabupaten Kuningan memiliki bangunan cagar budaya yang memiliki gaya arsitektur yang cukup menarik yang memiliki kaitan dengan sejarah maupun adat setempat dan dapat memberikan informasi yang dapat menarik perhatian masyarakat.
Identifikasi arsitektur pada bangunan guest house Colonial di Cirebon Ilham Hermawan; Sasurya Chandra
Jurnal Arsitektur Vol. 16 No. 2 (2024): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guest house colonial adalah sebuah bangunan rumah tinggal bergaya arsitektur kolonial Belanda yang terletak di Kalitanjung Kota Cirebon, pada saat ini difungsikan sebagai penginapan. Dulunya bangunan ini merupakan rumah tinggal milik H. Ali Bakrie yang merupakan seorang pengusaha sukses asal Cirebon. Rumah ini dibangun pada tahun 1893, selesai pembangunan dan mulai ditempati pada tahun 1896. Rumah ini diyakini mengadaptasi langgam arsitektur yang ada pada masa tersebut terutama arsitektur kolonial Belanda karena pada masa itu masih terjadi kolonialisme oleh Belanda sehingga memengaruhi gaya bangunan pada wilayah yang di tempatinya. Selain gaya arsiterktur kolonial belanda, terdapat juga beberapa elemen arsitektur atau ragam hias khas arsitektur lokal Indonesia dan arsitektur Melayu yang ada pada bangunan Guest House Colonial. Dalam studi ini, digunakan metode deskriptif kualitatif melalui tahapan sebagai berikut : (a)melakukan survey dan pengamatan di lapangan; (b)mengidentifikasi dan menganalisis elemen arsitektur (atap sampai lantai), (c)menarik kesimpulan dari analisis tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi dokumentasi dan menambah wawasan tentang arsitektur guest house colonial yang ada di Cirebon.
KONSEP ARSITEKTUR KOLONIAL PADA BANGUNAN GEREJA SANTO YUSUF Helmi Nur Riyaman; Sasurya Chandra
Jurnal Arsitektur Vol. 17 No. 1 (2025): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep mengenai gereja kolonial yang berada pada sebuah rumah makan yang berlokasi di Gereja Santo Yusuf yang terletak pada Kota Cirebon. Gereja yang berada di daerah kolonial pada Kota Cirebon ini menjadi salah satu ikon gereja yang berada di Kota Cirebon, dibangun oleh pengusaha gula di era tahun-1877- yang bernama Louis Theodorus Gonsalves. Pembangunan Gereja Santo Yusuf ini memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan ibadah pada warga kolonial yang beragama Katolik, pada masa masa awal berdirinya Gereja Santo Yusuf dijalani oleh para Pastor Jesuit. Dengan bangunan yang berkonsep kolonial eropa ini memiliki konsep yang sangat memanfaatkan sirkulasi udara dengan baik, dan penggunaan gewel/fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga. Untuk Gereja Santo Yusuf dari era kolonial hingga sekarang dalam perbaikan dan penambahan untuk gereja tersebut tidak merubah keaslian dari bangunan awalnya. Menurut informasi yang didapat kapasitas Gereja Santo Yusuf Cirebon dapat memuat 800 orang, hingga sekarang Gereja Santo Yusuf Cirebon masih dilayani oleh pastor dari Ordo Salib Suci . Konsep Kolonial Belanda ini yang diterapkan pada bangunan Gereja Santo Yusuf ini menggunakan karakteristik kolonial, prinsip arsitektur kolonial dan gaya arsitektur kolonial yang digunakan pada Gereja Santo Yusuf sehingga menciptakan konsep colonial yang khas. Oleh karena itu Gereja Santo Yusuf ini tetap dijaga keaslian bentuk colonial meskipun sudah ditambah dengan renovasi yang dilakukakan.
ANATOMI ARSITEKTUR GEDUNG BUNDAR KEBUMEN Rahel zahra Anindya; Sasurya Chandra
Jurnal Arsitektur Vol. 17 No. 1 (2025): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa kependudukan Belanda di tanah air. Arsitektur kolonial ini pun menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara, mereka memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit atau fasilitas militer. Bangunan – bangunan inilah yang dikenal dengan sebutan bangunan kolonial. Arsitektur kolonial juga memiliki cirikhasnya tersendiri yang diadaptasi dari gaya arsitektur yang dipelopori oleh Gubernur Jenderal HW yang dikenal dengan the Empire Style, atau The Ducth Colonial Villa. Dengan hasil adaptasinya dibentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra Kolonial yang disesuaikan dengan lingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada masa itu. Bangunan-bangunan yang berkesan grandeur (megah) dengan gaya arsitektur Neo Klasik (Indische Architectuur). Dengan ciri khas arsitektur kolonial yang banyak melekat pada bangunan kolonial yang tersebar hampir diseluruh nusantara, apakah ciri khas tersebut terdapat juga pada salah satu bangunan kolonial Gedung Bundar Kebumen yang ada Di Kota Cirebon? Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui eksisting elemen arsitektural sebagai pembentuk karakter fisik dari bangunan kolonial melalui bedah anatomi arsitektural. Penelitianini menggunakan metode kualitatif - deskriptif dengan cara mendeskripsikan elemen eksisting Gedung Bundar Kebumen,melalui bedah anatomi Arsitektural yang berbasis pada penciptaan ruang yang dikaitkan dengan konteks tempat. Data diperoleh dengan cara observasi lapangan dan studi literatur. Hasil dari penelitian dijabarkan berdasarkan anatomi arsitektur secara lengkap yang meliputi seluruh lingkup yang terkait, yaitu: lingkungan, tapak, bangunan, sosok, dan keberlangsungan sumber material serta hasil kelayakan bangunan untuk dikonservasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa, praktisi dan masyarakat umum.