AbstractEarly marriage refers to a grand ceremony that binds two individuals of the opposite sex who are still in the adolescent phase, which is the transition period from children to adults. At this stage, they experience significant changes in various aspects, including body shape, attitudes, thoughts and behavior, even though they have not fully matured as adults. This research is included in the qualitative approach category, with the aim of analyzing the phenomena that occur, while the type This research is qualitative descriptive, with the aim of analyzing the phenomena of early marriage that occur in Banjarbaru. The phenomenon of early marriage is also widely practiced by Islamic boarding school students and Islamic boarding school students in the city of Banjarbaru. Their early age is more related to the educational phase they are currently undergoing. In contrast to young people in general, santri's early marriages more often persist and are stable, driven by religious values, a sense of responsibility, and the santri's status as more than just a student. Early marriage helps avoid adultery, motivates to be responsible, avoids promiscuity and deviant behavior in teenagers, and marrying at an early age is considered a halal way to have a relationship, preventing sin and immorality and allowing for peaceful togetherness.Keyword: Early-age marriage, Students, ImpactAbstrakPernikahan dini merujuk pada upacara agung yang mengikat dua individu lawan jenis yang masih berada dalam fase remaja, yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada tahap ini, mereka mengalami perubahan signifikan dalam berbagai aspek, termasuk bentuk tubuh, sikap, pemikiran, dan perilaku, walaupun belum sepenuhnya matang sebagai orang dewasa, Penelitian ini termasuk dalam kategori pendekatan kualitatif, dengan tujuan untuk menganalisis fenomena fenomena yang terjadi, sedangkan jenis dari penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, dengan tujuan untuk menganalisis fenomena-fenomena pernikahan dini yang terjadi di Banjarbaru. Fenomena Pernikahan Usia dini juga banyak dilakukan oleh Santri dan Santriwati Pondok Pesantren di kota Banjarbaru. Usia dini pada mereka lebih terkait dengan fase pendidikan yang sedang dijalani. Berbeda dengan pemuda-pemudi pada umumnya, pernikahan dini santri lebih sering bertahan dan memiliki kestabilan, didorong oleh nilai keagamaan, rasa tanggung jawab,dan status santri yang lebih dari sekedar pelajar. Pernikahan usia dini membantu menghindari perzinahan, motivasi untuk bertanggung jawab, menghindari pergaulan bebas dan perilaku menyimpang pada remaja, dan menikah pada usia dini dianggap sebagai cara halal untuk menjalin hubungan, menghindarkan dari dosa dan maksiat serta memungkinkan kebersamaan dengan kedamaian.Kata Kunci: Pernikahan dini, Santri, Dampak