Indonesia is rich in oral traditions. One of them is about natural disasters. Unfortunately, these traditions are often considered non-historical. As a result, local people's awareness of disasters is low. In this regard, this paper attempts to revisit oral traditions about natural disasters on Mount Telomoyo, the most hospitable mountain in Central Java. Using the corpus analysis method of oral tradition research data, we make three findings. Firstly, natural disasters that occur on Mount Telomoyo are volcanic eruptions, landslides, earthquakes, cold lava and flash floods. These disasters are present in babad or oral history stories, literary works in the form of orally transmitted songs, ceremonies, prayers, knowledge about the village landscape, tax documents, local advice, folklore, and historical gossip. Second, natural disasters as a marker of the transition of power and the balance of the cosmos caused by behavioural deviations. Third, the oral tradition of natural disasters in Mount Telomoyo also represents knowledge about the path of earthquakes. Indonesia kaya akan tradisi lisan. Salah satunya adalah tentang bencana alam. Sayangnya, tradisi tersebut kerap kali dianggap bukan sejarah. Akibatnya, kesadaran masyarakat lokal terhadap bencana pun rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, tulisan ini mencoba mengkaji kembali tradisi lisan tentang bencana alam Gunung Telomoyo, gunung yang dianggap paling ramah di Jawa Tengah. Dengan menggunakan metode analisis korpus data penelitian tradisi lisan, kami menghasilkan tiga temuan. Pertama, bencana alam yang terjadi di Gunung Telomoyo adalah letusan gunung berapi, tanah longsor, gempa bumi, lahar dingin, dan banjir bandang. Bencana-bencana ini hadir dalam babad atau cerita sejarah lisan, karya sastra dalam bentuk nyanyian yang diwariskan secara lisan, upacara, doa, pengetahuan tentang lanskap desa, dokumen pajak, petuah-petuah lokal, cerita rakyat, dan gosip sejarah. Kedua, bencana alam sebagai penanda peralihan kekuasaan dan keseimbangan kosmos yang disebabkan oleh penyimpangan perilaku. Ketiga, tradisi lisan bencana alam Telomoyo juga merepresentasikan pengetahuan tentang jalur terjadinya gempa.