p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Politea Pena Wimaya
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kafala System: How FIFA manage Human Right in Qatar due to FIFA World Cup 2022 according to UNGP Ersani, Yunita Citra; Chandrawasi, Petrus; Adriadi, Rekkaza Airimbang; Patimah, Siti
Jurnal Pena Wimaya Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Pena Wimaya
Publisher : Pena Wimaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jpw.v4i1.9652

Abstract

Piala Dunia 2022 Qatar mungkin menjadi ajang olahraga internasional yang ditunggu-tungguoleh para pecinta sepak bola di seluruh dunia. Namun, munculnya suatu polemik telahmenyandang nama acara ini. Konvensi Perbudakan 1926 (PBB, 1926) pasal 1(1) mendefinisikanperbudakan sebagai suatu kondisi atau status yang dialami oleh seseorang di mana salah satuatau semua kekuatan yang melekat pada hak milik dijalankan. Kabar yang tidak menyenangkantampaknya menerpa Qatar selaku tuan rumah Piala Dunia 2022, baik dari pemerintah Qatarsendiri maupun FIFA. Selama persiapan mereka untuk Piala Dunia 2022, Qatar mendapatiinformasi bahwa mereka tidak mempekerjakan para pekerja migran secara manusiawi denganadanya sistem kafala yang diduga masih diterapkan. Sistem tersebut dianggap telahmenempatkan para pekerja migran yang bekerja dalam proyek Piala Dunia 2022 ini pada posisiyang rentan terhadap berbagai resiko yang akan dihadapi. Artikel ini bertujuan untukmenjelaskan bagaimana langkah yang dilakukan FIFA dalam mematuhi UN Guiding Principlesterkait isu perbudakan modern di Qatar yang diproyeksikan untuk Piala Dunia 2022. Dalamartikel penelitian ini, metode yang akan penulis gunakan adalah metode literature review. Untukmenganalisis peran atau langkah FIFA dalam hal tersebut, teori yang akan penulis gunakanadalah teori organisasi internasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa FIFAmengambil beberapa tindakan diantaranya koalisi pembangunan dengan CSDL, koalisitransnasional dengan BWI, dan koalisi transnasional di FHRAB. Dari beberapa tindakantersebut, FIFA telah menunjukkan keterlibatan dan tanggung jawabnya sebagai sebuahorganisasi internasional dengan perannya sebagai instrumen, wadah, dan aktor dalammenangani perbudakan modern yang terjadi dalam dinamika Piala Dunia 2022 di Qatar.Kata kunci: Pekerja Migran, Perbudakan Modern, Sistem Kafala, Piala Dunia 2022 Qatar, FIFA
Morocco's Current Approach in Attaining International Recognition Over the Western Sahara (2020-2023) Damaiyanti, Adrianita Putri; Sani, Muhammad Dzaky Putra; Ersani, Yunita Citra; Satria, Randhi
Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam Vol 7, No 1 (2024): Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam
Publisher : State Islamic Institute of Kudus (IAIN Kudus)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/politea.v7i1.25813

Abstract

Abstract Western Sahara has been a contested area between Morocco and a liberation movement called the Polisario Front for decades. Post 2020, there are growing numbers of countries who recognize, and are in favor of Moroccan efforts to maintain sovereignty, in addition to territorial integrity over the Western Sahara. Morocco continues to strengthen its Autonomy Plan by taking several approaches so that external legitimacy can be achieved. This paper aims to analyze the current efforts of the Moroccan government; that is their approach to attain international recognition for external legitimacy and territorial integrity over the Western Sahara. The research method is Qualitative-Descriptive, with data gathering technique being Library Research. Analysis in this paper is based on the Diplomacy and National Interest theories. The result indicates that the current approach of the Moroccan government is getting assertive: tit-for-tat normalization of relations, leverage politics with foreign countries, and expanding tangible presence in the Western Sahara through diplomatic building establishments, as well as setting up international cooperations. These efforts indicate the growing urgency of the Western Sahara for Morocco, and also its non-wavering resolve to protect territorial integrity.