Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis kebutuhan media interaktif di sekolah dasar kabupaten sorong selatan. Sampai saat ini masalah pendidikan di sekolah dasar masih membutuhkan perhatian yang besar. di analisis lebih jauh kebutuhan yang akan meningkatkan kualitas guru dengan menggunakan multimedia interaktif di dalam proses pembelajaran pada jenjang sekolah dasar. Multimedia interaktif meliputi pembelajaran berbasis komputer kombinasi visual (gambar), audio (suara) dan tulisan (text) lebih menarik bagi siswa. Penggunaan media menjadi salah satu alasan penelitian dilakukan menunjang upaya peningkatan kualitas guru dan siswa sekolah dasar. Adapun kategori yang dianalisis antara lain, jumlah sekolah dasar, jumlah guru bersertifikasi, penggunaan media, dan tingkat pemahaman siswa. Data yang diperoleh akan di analisis dengan menggabungkan metode survey kuantitatif dan metode kualitatif dengan menggunakan trianggulasi sumber data. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar guru (93%) pada setiap sekolah menyatakan sangat membutuhkan media interaktif berbasis multimedia, sebagaimana bertujuan untuk menunjang kegiatan dalam proses pembelajaran, sedangkan (7%) guru di antaranya menyatakan belum membutuhkan media interaktif dalam proses pembelajaran, alasannya selama ini masih terbiasa menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. Sebagian besar guru (84%) guru menyatakan bahwa di sekolah mereka sampai saat ini belum memiliki peralatan yang layak dalam menunjang proses pembelajaran berbasis media interaktif, dalam hal ini berupa komputer. Sedang (16 %) di antaranya menyatakan telah memiliki peralatan komputer/laptop baik yang di adakan secara pribadi dan di fasilitasi oleh pihak sekolah, namun dalam pemberian fasilitas kepada guru belumlah merata. Menurut pendapat para guru wali kelas dan guru mata pelajaran, yang perlu di sajikan dan membutuhkan media interaktif secara berturut-turut; 1) matematika (42%), bahasa indonesia (23%), seni (13%), IPAS ( 8%), PPKN (6%), PJOK (5%), dan Pendidikan agama (3 %).