Niswatul Malihah
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Sihir Dalam Al-Qur’an: Kajian Tafsir Tematik Niswatul Malihah; Habdin, Tapa’ul
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 1 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53649/at-tahfidz.v4i1.200

Abstract

This research examines magic in holy Qur’an, which the magic is a maksiat and a great sin, because magic is an odd thing that seems to be an an extraordinary thing but not extraordinary. It can be including to be great sins category because magic can be learned and obtained through with demon approach by committing crimes of statement which contains destruction and praise to demon. Look at the rise if shamanic practices right now, it’s often found that people who depend on witchcraft in their view can give the benefit for him and other, even the magic essentially brings to mudharat. This phenomenon can be looked from peoples whom come to shamans as alternative medicine or to aim of predicting their future or to harm other with guna-guna because of desire and envy. In this regard, Al-Qur’an has explained how dangerous the magic, and need to necessary to understand how the nature of magic, the relationship with demon and mudharat in life. The researcher explains with the thematic interpretation with library research. This research uses primary data sources is Al-Qur’an and tafsir books as secondary data sources. The results of the research obtained that magic is real and affect someone’s soul because Al-Qur’an has explained the verses relating to the magic which happened on the prophet’s time and will not inflict to mudharat from magic to His creatures except His permission. Based of law, the magic is a prohibited act in Al-Qur’an for learn or teach it and the perpetrator of magic is punished as kafir because there is an element of devil worship on it.
Metodologi Tafsir Marah Labid Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani Niswatul Malihah; Tapa’ul Habdin
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53649/at-tahfidz.v4i2.260

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisa lebih dalam tentang kitab tafsir yang ditulis oleh Syaikh Nawawi Al-Bantani yang mana telah merantau ke negara-negara Arab dan mengarungi lautan intelektual keislaman selama 30 tahun ini, agar dapat menjadi bahan dan rujukan dalam menafsirkan al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode Library Research atau studi pustaka. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dikaji menggunakan sumber data primer yaitu kitab tafsir Marah Labid atau al-Munir dengan sumber data sekunder dari kitab-kitab ilmu al-Qur’an, biografi dan lain lain. Hasil penelitian yang didapat bahwa kitab Marah Labid atau Al-Munir adalah salah satu kitab tafsir kebanggaan Nusantara yang hadir pada abad ke 19 atau disebut juga dengan masa pra-modern. Tafsir Al-Munir adalah kitab tafsir kedua setelah Turjuman Al-Mustafid yang menafsirkan Al-Qur’an 30 juz secara lengkap. Kitab tafsir ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab yang terdiri dari dua jilid dan menggunakan beberapa metode yaitu: tahlily (yang tergambarkan melalui susunan tafsirnya yang berurutan dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas), ijmaly (pembahasannya global) dan muqaran (perbandingan antara ayat dengan ayat), di mana penafsirannya memiliki keistimewaan dan kelemahan.
Peran Imam Asy-Syathibi dalam Qira’at Al-Qur’an Niswatul Malihah; Tapa’ul Habdin
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 01 (2021): Desember 2021
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53649/at-tahfidz.v3i01.325

Abstract

Ilmu qira’at adalah salah satu ilmu yang mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam, karena kaitannya dengan kitab suci al-Qur’an. Banyak ulama qira’at yang mendedikasikan diri dalam ilmu qira’at ini dengan mempelajari, mengkaji, mengajarkan dan mengamalkan ilmu qira’at serta memberikan karya terbaiknya, di antaranya adalah imam asy-Syathibi yang karyanya menjadi rujukan bagi para pencinta qira’at hingga saat ini. Berangkat dari latarbelakang di atas, peneliti ingin menggali tentang perjalanan imam asy-Syathibi dalam memperdalam ilmu qira’at hingga karyanya menjadi sandaran dan rujukan dalam mempelajari ilmu qira’at di penjuru dunia, oleh karena itu peneliti mengkajinya dengan menggunakan penelitian library research dengan fokus pada pembahasan peran Imam asy-Syathibi dalam qira’at al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan sumber data primer berupa kitab matan Syathibiyyah karya imam asy-Syathibi dan didukung sumber sekundernya berupa buku qira’at, sejarah, terjemah dan buku-buku yang berkenaan dengan ilmu qira’at lainnya. Hasil penelitian yang didapat bahwa imam asy-Syathibi mempunyai kontribusi yang besar dalam perkembangan ilmu qira’at, terlebih karyanya yang fenomenal dan diterima oleh kalangan pecinta qira’at. Dengan demikian, ilmu qira’at mempunyai peranan penting dalam kehidupan imam asy-Syathibi sehingga karyanya dapat dilestarikan dan dinikmati hingga saat ini.
Tiktok dalam Perspektif Al-Qur’an Niswatul Malihah
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 01 (2019): Desember 2019
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53649/at-tahfidz.v1i01.427

Abstract

TikTok merupakan aplikasi hiburan untuk semua kalangan, tidak ada batasan dalam penggunaannya. Dengan hadirnya aplikasi TikTok ini menjadi bumerang bagi yang menggunakannya, tidak sedikit yang menjadikannya sebagai kebutuhan dan bahan permainan biasa, walaupun demikian banyak faktor diperbolehkan atau dilarangnya penggunaan aplikasi ini. Menyikapi hal ini, maka agama Islam mempunyai hukum-hukum atau peraturan-peraturan serta perundang-undangan yang berhubungan dengan perbuatan orang (mukallaf), yang mengandung isyarat tanda tentang adanya suatu hukum, maka dalam menyikapi fenomena TikTok, peneliti menjelaskannya dalam sudut pandang al-Qur’ansebagai sumber utama dalam kehidupan bersosial dengan menggunakan metode penelitian library research dan menggunakan jenis data kualitatif. TikTok adalah media hiburan yang dampak negatifnya lebih banyak, maka seharusnya bagi seorang Muslim yang mukallaf untuk mentaati rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an, salah satunya dengan menghindari TikTok ke ruang publik, karena barang siapa yang tetap menggunakannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam al-Qur’an, maka baginya mendapatkan hukuman di dunia dan di akhirat. Hukuman di dunia berupa kehinaan dan dihilangkannya rasa malu serta mendapat hukuman berupa dosa jariyah (dosa yang mengalir), sedangkan di akhirat akan mendapatkan siksaan yang pedih dari Allah swt. Dengan demikian, penggunaan aplikasi TikTok sebaiknya dihindari demi kebaikan diri sendiri.
Pengaruh Qira’at Terhadap Penafsiran Al-Qur’ān (Telaah Surat Al-Fatihah) Niswatul Malihah
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 02 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53649/at-tahfidz.v1i02.433

Abstract

Ilmu qirā’āt adalah ilmu yang mempelajari tata cara pengucapan redaksi al-quran dan perbedaannya dengan menyandarkan bacaan tersebut kepada perawi-perawinya. Perbedaan qirā’āt sudah ada sejak masa diturunkan al-Qur’ān, perbedaan ini adakalanya mempengaruhi penafsiran dan adakalanya tidak. Dalam menyikapi perbedaan qirā’āt, para mufassir ada yang membedakan maknanya dan ada juga menggabungkan perbedaan tersebut sehingga menjadi satu makna yang utuh, karena perbedaan makna dalam perbedaan tersebut tidak bersifat tuḍad (kontradiktif).
Urgensi Pendidikan Islam Berbasis Tauhid Perspektif Tafsir Ath-Thabari Analisis Pedagogi dalam Q.S At-Taubah ayat 31-33 Choirun Nisa, Arifah; Burhanuddin, Enjang; Niswatul Malihah; Almujahid
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 6 No. 2 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53649/at-tahfidz.v6i2.1112

Abstract

Islamic education is part of the teachings of Islam as a whole, because its goal is to create human beings who are always devoted to Allah and can achieve happiness in this world and the hereafter, as well as develop all aspects of life, including spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, and linguistic. The concept of monotheism is the main foundation in Islamic education because monotheism is the foundation for all aspects of Muslim life. Tawhid means making Allah SWT the only true worship. According to him, Tauhid is also the basis of education that is to be given to future generations.This research method uses literature review which involves the identification, evaluation, and synthesis of various literature sources relevant to the research topic with a qualitative approach. This article contains a review of the concept of Islamic education in the meaning of monotheism contained in surah at taubah verses 31-33 where the result of the analysis is that with the existence of education we can distinguish between good and bad things, haram and halal things and can follow Allah's command to amar ma'ruf nahi munkar and convince his people that Allah SWT is the One God by sending His Messenger (Prophet Muhammad SAW) to be Guidance/role models for his people to the right path