Pertambahan penduduk menyebabkan perubahan penggunaan lahan, yang dari vegetasi menjadi area terbangun, memengaruhi debit maksimum di Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Plumbon. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan di DAS Plumbon pada tahun 2010-2022, (2) menganalisis debit maksimum di DAS Plumbon pada tahun 2010 dan 2022, (3) pengaruh tren pertambahan penduduk terhadap perubahan penggunaan lahan dan debit maksimum di DAS Plumbon. Pendekatan spasial digunakan untuk mengetahui perubahan penggunaan 2010-2022 dan sebaran debit maksimum di wilayah DAS Plumbon pada tahun 2010 dan 2022. Teknik analisis dengan pendekatan spasial menggunakan metode Rasional untuk menghitung debit maksimum, metode Cook untuk menghitung koefisien aliran, dan rumus Mononobe untuk menghitung intensitas hujan. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan penggunaan lahan di DAS Plumbon, di mana area permukiman bertambah 133,85 ha sementara hutan berkurang 313,73 ha. Rerata debit maksimum DAS Plumbon menurun dari 46,48 m3/detik pada 2010 menjadi 40,67 m3/detik pada 2022. Penurunan debit maksimum disebabkan karena penurunan intensitas hujan. Pertambahan penduduk mengubah lahan non-terbangun menjadi terbangun, meningkatkan nilai rerata koefisien aliran permukaan (C) dari 0,58 pada 2010 menjadi 0,60 pada 2022. Nilai C dan intensitas hujan tinggi dapat menyebabkan debit maksimum tinggi, dan jika sungai tidak mampu menampungnya, banjir dapat terjadi. Rekomendasi dalamĀ penelitian ini perlu pengawasan dan pengendalian kawasan terbangun di Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan serta perencanaan tata ruang berkelanjutan berbasis kelingkungan dan perlu dilakukan normalisasi sungai secara berkala.