Hanjani, Vania Pramudita
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENYULUHAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI KOTA SEMARANG DALAM RANGKA MENGIMPLEMENTASIKAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) NOMOR 5 TENTANG KESETARAAN GENDER Hanjani, Vania Pramudita; Suyanto, Suyanto; Purwanti, Tari
Harmoni: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2023): HARMONI
Publisher : Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/hm.7.2.77-81

Abstract

Kekerasan dalam rumah tangga menjadi salah satu isu yang marak terjadi belakangan ini. Kekerasan sering kali terjadi kepada wanita oleh pasangan bahkan anak-anak mereka sendiri. Kekerasan yang terjadi tidak hanya berupa kekerasan fisik, namun terjadi secara verbal. Permasalahan lain turut muncul saat kekerasan tersebut justru dibenarkan oleh pihak korban. Di sini, pengabdian ini akan menjadi penting untuk menyadarkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga bukan menjadi sebuah pembenaran dalam masalah. Pihak-pihak korban harus turut sadar akan adanya kerugian yang sedang mereka alami. Oleh karena itu, dengan menjunjung kesetaraan, peri keadilan dan peri kemanusiaan, kami melaksanakan program ini demi keberlangsungan kesuksesan pengabdian bagi masyarakat. Serangkaian kegiatan yang akan kami lakukan berupa kegiatan serupa dengan seminar dengan diskusi terbuka. Dengan demikian, para peserta sasaran pengabdian ini akan memiliki wawasan yang lebih luas dan peka terhadap KDRT. 
Standarisasi Vagina Ideal: Membongkar Realitas Perempuan dalam Menavigasi Citra Tubuh Risqullah, Aura Angellica; Hanjani, Vania Pramudita
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 2: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.2.100-110

Abstract

Artikel ini mengeksplorasi kompleksitas sosial budaya di balik standarisasi kecantikan, khususnya konstruksi vagina yang dianggap “sempurna” oleh mayoritas orang. Melalui lensa kuasa tubuh Michel Foucault, penulis berusaha untuk menyoroti bagaimana norma-norma kecantikan dipahami, diterapkan, dan dipertahankan dalam masyarakat. Artikel ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana institusi kekuasaan seperti media, industri kecantikan dan budaya populer berperan dalam membentuk sekaligus memperkuat standar kecantikan yang seringkali tidak realistis dan merugikan perempuan. Penelitian ini memperlihatkan adanya implikasi psikologis dan tekanan sosial berupa ‘body image issues’ atau ketidakpuasan atas citra tubuh perempuan. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan sekaligus merangsang refleksi kritis pembaca untuk membebaskan perempuan dari ekspektasi yang tidak realistis terhadap pendisiplinan praktik ketubuhan.
Melampaui Maskulinitas Tradisional: Pelabelan ‘Boti’ pada Laki-Laki Pengguna Kosmetik Solikhin, Farkhan; Hanjani, Vania Pramudita
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 20, No 1 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.20.1.155-168

Abstract

Kosmetik menjadi produk yang dalam perkembangannya selalu dikaitkan dengan kecantikan, perempuan, serta feminitas. Namun, dewasa ini produk kosmetik telah memiliki segmen pasar baru yang menyasar pada konsumen laki-laki. Indonesia dengan masyarakat yang masih diilhami budaya patriarki serta maskulinitas hegemonik yang kental melihat kosmetik sebagai bagian dari nilai-nilai feminin. Standar maskulinitas telah mengatur bagaimana seorang laki-laki dianggap ideal lewat fisik, sikap, serta mentalitasnya. Ini membuat laki-laki pengguna produk kosmetik dipandang sebagai laki-laki feminin. Kelompok ini tersubordinasi dan mendapatkan stigma dari masyarakat dengan sebutan boti. Kata boti yang sebenarnya berasal dari bahasa gay akhirnya mengalami pergeseran makna. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode netnografi serta studi pustaka dalam proses pengumpulan data. Teori Maskulinitas Hegemonik milik Connell serta Teori Stigmatisasi milik Goffman dikolaborasikan sebagai pisau analisis yang hasilnya menunjukkan standar maskulinitas yang berlebihan yang ditujukan pada laki-laki pengguna produk kosmetik salah satunya didasari kesalahan pemaknaan kosmetik dalam masyarakat awam. Hal ini pula yang mendasari munculnya stigma boti di masyarakat. Padahal, seiring berkembangnya zaman, maskulinitas berdinamika menghasilkan nilai maskulinitas baru yang disebut sebagai soft masculinity.
Pudarnya Eksistensi dan Pegeseran Nilai Jajanan Tradisional: Studi Kasus Es Gempol Pleret di Semarang Kurniawan, Nathaniel; Hanjani, Vania Pramudita
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 18, No 2: 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.18.2.14-28

Abstract

Globalisasi telah merambah kepada semua aspek masyarakat, tidak terkecuali pada perubahan preferensi masyarakat pada sektor kuliner. Kuliner terutama pada jajanan tradisional mengalami pelunturan eksistensi yang disebabkan oleh berubahnya selera mayoritas masyarakat di suatu daerah. Hal tersebut terjadi pada es gempol pleret, sebuah jajanan pasar yang awalnya memiliki identitas budaya sebagai simbol jajanan tradisional khas Kota Semarang. Pada masa kini eksistensi es gempol pleret mulai luntur di tengah popularitas jajanan lain yang masuk ke Kota Semarang. Es gempol pleret, yang dulu populer sebagai jajanan yang menyegarkan, kini harus redup di era modern. Hal itu secara sederhana dibuktikan dengan sedikitnya pedagang es gempol pleret yang ditemui, kurang dikenalnya jajanan ini oleh para generasi muda, dan ekspansi dari jajanan ini yang tidak terlihat. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa simbolisme dalam jajanan es gempol pleret memudar, dan mengapa keberadaan jajanan ini sulit bertahan di tengah kehidupan modern di Kota Semarang. Studi ini menggunakan pendekatan interpretivisme simbolik yang dipopulerkan oleh Clifford Geertz, dengan asumsi bahwa pemahaman manusia terhadap sesuatu akan sejalan dengan makna dan nilai yang melekat pada hal tersebut. Studi ini akan didukung oleh data dari berbagai artikel dan hasil wawancara dengan beberapa penjual es gempol di Kota Semarang.
Makhluk Nyata Dunia Maya: Fenomena Alienasi Diri Para Non-Biner sebagai Dampak Ketaksaan Gender Asmarani, Dinara Tsafina; Hanjani, Vania Pramudita
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 15, No 2: 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.15.2.%p

Abstract

The phenomenon of self-alienation that is rampant in marginalized communities has become an issue of great concern. This bitter reality confirms the values and norms of heteronormativity that ensnare individuals with identities outside the binary in invisible shackles. In this case, the shackles do not come without cause; the concepts of shame and institutional power are believed to be the underlying factors of self-alienation. Through a comprehensive review of the literature, this research utilizes Michel Foucault's theory, which reveals that the body will always obey because there is power that supervises and regulates it. Therefore, we find a struggle of the complexity of problems in societal dynamics and heternormativity. This research uses participant observation techniques on a number of individuals with gender identities outside the binary spectrum, so that it will present varied perspectives and perceptions of the societal norms formed by the awareness of non-binary gender identities. The research found that the phenomenon of self-alienation among non-binary individuals is largely motivated by conservatism and inherent heteronormativity, leading to shame and bodily conformity. The combination of these reasons transforms into a binding factor that increasingly entangles individuals, thus causing the silencing of self-identity.Fenomena alienasi diri yang marak terjadi di kelompok masyarakat   yang   termarginalisasi   telah   menjadi isu yang penuh sorotan. Realitas pahit ini menegaskan nilai dan norma heteronormativitas yang menjerat individu dengan identitas di luar biner dalam belenggu tidak kasat mata. Dalam kasus ini, belenggu tersebut datang bukan tanpa sebab, konsep rasa malu dan kekuasaan institusi diyakini menjadi faktor yang melatar-belakangi terjadinya alienasi diri. Melalui peninjauan literatur secara komprehensif, penelitian ini menggunakan teori Michel Foucault yang mengungkap bahwa tubuh akan selalu patuh karena ada kekuasaan yang mengawasi dan mengaturnya. Oleh karena itu, kami menemukan adanya pergulatan kompleksitas permasalahan dalam dinamika sosial-masyarakat dan heternormativitas. Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan terhadap sejumlah individu dengan identitas gender di luar spektrum biner, sehingga akan menyajikan sudut pandang dan persepsi yang bervariasi mengenai norma masyarakat yang terbentuk akan adanya kesadaran identitas gender non-biner. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa fenomena alienasi diri yang terjadi di kalangan individu non-biner secara garis besar dilatar-belakangi oleh konservatisme dan heteronormativitas yang melekat sehingga memunculkan rasa malu dan kepatuhan tubuh terhadapnya. Kombinasi dari beberapa alasan tersebut menjelma sebagai faktor pengikat yang semakin menjerat individu, sehingga menyebabkan pembungkaman identitas diri menjadi semakin kuat.