Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Effectiveness of Using E-Court In Religious Court Proceedings in South Jakarta Hanif, Hamdan Arief; Wanodyatma, Nike Puspita; Makarim, Faris
Journal of Community Research and Service Vol 7, No 2: July 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jcrs.v7i2.50223

Abstract

E-Court is a tool in court that functions as a service to the public in terms of registering cases through online platforms, calculating estimated court costs digitally as well as online payments, online summons and trials. The South Jakarta Religious Court started using the e-court since 2018, when the Supreme Court Regulation (PERMA) No. 3 of 2018 appeared regarding Electronic Administration of Cases in Courts. As time went on, the e-court process began to develop when the Supreme Court Regulation (PERMA) No. 1 of 2019 concerning Administration of Cases and Trials in Courts appeared electronically. The benefits for all parties for e-court users are that all parties will be helped by saving costs and time in the process. The deficiencies that occur are network problems in the e-court application. The type of research used in this writing is qualitative research which produces descriptive analytical data, supported by premier and secondary data sources then data collection techniques by means of observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the process of using e-court in proceedings at the South Jakarta Religious Court includes several stages starting from online case registration, online down-payment of fees, online summons, and online trials. There are several obstacles and opportunities that occur in the process of using e-court in proceedings at the South Jakarta Religious Court. Opportunities that occur are that all parties can benefit more such as saving energy, saving time, and saving costs. The obstacle that occurs is the lack of knowledge for previous advocates regarding existing technology from e-courts at this time. As for its effectiveness in using e-court in proceedings at the Religious Courts, it cannot be said to be fully effective because there are still several obstacles in the process..
Mediasi Sebagai Metode Penyelesaian Sengketa Perceraian Di Pengadilan Agama Slawi Hanif, Hamdan Arief
Journal of Community Research and Service Vol 7, No 1: January 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jcrs.v7i1.43055

Abstract

Pengadilan Agama merupakan lembaga peradilan yang membantu pasangan suami istri dalam menyelesaikan sengketa perkawinan. Bentuk penyelesaian sengketa tersebut berupa mediasi. Mediasi merupakan penyelesaian sengketa di Pengadilan Agama dengan cara mendatangkan satu pihak netral sebagai penengah dalam memecahkan masalah. Mediasi dianggap sebagai cara penyelesaian sengketa paling baik, sebab dalam mediasi tidak ada pihak yang menang dan kalah sehingga keputusan yang dihasilkan bersifat win-win solution atau sama-sama menang. Dalam Islam, Rasulullah saw juga mengajarkan kepada umatnya apabila dalam menyelesaikan permasalahan sebaiknya dilaksanakan dengan musyawarah mufakat, sehingga menghasilkan kesepakatan antara dua belah pihak. Penelitian ini membahas mengenai sejauh mana keakuratan mediasi sebagai metode penyelesaian sengketa perceraian di Pengadilan Agama Slawi dan seberapa banyak penerapan metode mediasi berhasil dalam menyelesaikan sengketa perceraian di Pengadilan Agama SlawiPenelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan normatif-empiris. Mediasi sebagai metode penyelesaian sengketa perceraian di Pengadilan Agama Slawi secara substantif sudah akurat, karena telah memenuhi asas cepat, sederhana, dan biaya ringan. Dan metode mediasi sudah sesuai dengan amanat al-Qur’an serta Undang-Undang, yakni setiap sengketa perceraian harus melalui proses perdamaian terlebih dahulu sebelum melangkah pada proses persidangan. Mediasi sebagai metode penyelesaian sengketa perceraian di Pengadilan Agama Slawi berhasil sebanyak 16 orang (4%) dari keseluruhan perkara yang masuk di Pengadilan Agama Slawi pada tahun 2022 yakni 370 perkara.
Pancasila sebagai Manajemen Konflik antar Umat Beragama di Indonesia Hanif, Hamdan Arief
al-Mawarid Jurnal Syariah dan Hukum (JSYH) Vol. 1 No. 2 (2019): al-Mawarid Jurnal Syariah dan Hukum (JSYH)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/mawarid.vol1.iss2.art1

Abstract

Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, ras, budaya dan agama, dalam kehidupan bermasyarakat tentunya banyak kita temui berbagai macam perbedaan. Oleh karena itu di negara Indonesia harus senantiasa menumbuhkan dan menjaga sikap toleran antar sesama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi menjaga kerukunan dalam bermasyarakat. Dewasa ini kita sering dihadapkan dengan konflik yang terjadi khususnya antar umat beragama, tidak lain hal ini disebabkan oleh intoleran yang dilakukan dari suatu golongan tertentu sebagai contoh kasus kerusuhan di Poso kasus pembakaran masjid di Tolikara Papua dan dalam dekat ini kasus penistaan agama yang dilakukan oleh gubernur Jakarta. Hal ini tidak lain adalah rendahnya sikap toleran antar sesama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat Indonesia kaitannya antar umat beragama dan bagaimana Indonesia bisa maju dan berkembang jika pada masyarakatnya masih sering terjadi konflik didalamnya. Pancasila sebagai landasan dan dasar ideologi bangsa sebenarnya telah mengajarkan sikap berbangsa dan bernegara yang baik. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila mengajarkan sikap saling menghormati, menghargai, toleransi, serta terjalinnya kerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat tercipta dan selalu terbinanya kerukunan hidup di antara sesama umat beragama. Perlu pemahaman yang utuh demi terhidarnya konflik antar umat beragama dan tumbuhnya sikap toleran antar sesama.Keywords: Pancasila, Manajemen Konflik, Toleransi, Indonesia
Nusyuz and Syiqaq in Islamic Law : Concept, Impact, and Methods of Settlement Hanif, Hamdan Arief; Nasihin, Khoirun; Hamdani, Fahmi Fatwa Rosyadi Satria; Arie Rachmat Sunjoto
VRISPRAAK : International Journal of Law Vol 7 No 2 (2023): September 2023
Publisher : STAI Miftahul Ula Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59689/vris.v7i2.1150

Abstract

Domestic conflict is an unavoidable phenomenon in married life. In Islam, there are two main forms of conflict that can cause disharmony in the family, namely nusyuz and syiqaq. Nusyuz refers to the defiance of one of the parties, either the husband or the wife, in carrying out their obligations in accordance with Islamic law. Meanwhile, syiqaq refers to a prolonged irreconcilable dispute between a married couple. This study aims to analyse the concepts of nusyuz and syiqaq as well as their settlement methods based on the perspective of Islamic law. This study uses a normative approach by examining the Qur'anic arguments, hadith, and the opinions of scholars. The results show that Islam regulates the steps of resolving nusyuz through advice, bed separation, and light sanctions with the aim of improving the relationship between husband and wife. In the case of shiqaq, Islam emphasises the importance of mediation through the appointment of hakam (peacemakers) from both parties before divorce becomes the last resort. By understanding the concepts and methods of conflict resolution in marriage according to Islam, it is hoped that married couples can be wiser in dealing with differences and prioritise fair and maslahat solutions for both parties.
Nusyuz and Syiqaq in Islamic Law : Concept, Impact, and Methods of Settlement Hanif, Hamdan Arief; Nasihin, Khoirun; Hamdani, Fahmi Fatwa Rosyadi Satria; Arie Rachmat Sunjoto
VRISPRAAK : International Journal of Law Vol. 7 No. 2 (2023): September 2023
Publisher : STAI Miftahul Ula Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59689/vris.v7i2.1150

Abstract

Domestic conflict is an unavoidable phenomenon in married life. In Islam, there are two main forms of conflict that can cause disharmony in the family, namely nusyuz and syiqaq. Nusyuz refers to the defiance of one of the parties, either the husband or the wife, in carrying out their obligations in accordance with Islamic law. Meanwhile, syiqaq refers to a prolonged irreconcilable dispute between a married couple. This study aims to analyse the concepts of nusyuz and syiqaq as well as their settlement methods based on the perspective of Islamic law. This study uses a normative approach by examining the Qur'anic arguments, hadith, and the opinions of scholars. The results show that Islam regulates the steps of resolving nusyuz through advice, bed separation, and light sanctions with the aim of improving the relationship between husband and wife. In the case of shiqaq, Islam emphasises the importance of mediation through the appointment of hakam (peacemakers) from both parties before divorce becomes the last resort. By understanding the concepts and methods of conflict resolution in marriage according to Islam, it is hoped that married couples can be wiser in dealing with differences and prioritise fair and maslahat solutions for both parties.
Mediasi Sebagai Metode Penyelesaian Sengketa Perceraian Di Pengadilan Agama Slawi Hanif, Hamdan Arief
Journal of Community Research and Service Vol. 7 No. 1: January 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jcrs.v7i1.43055

Abstract

Pengadilan Agama merupakan lembaga peradilan yang membantu pasangan suami istri dalam menyelesaikan sengketa perkawinan. Bentuk penyelesaian sengketa tersebut berupa mediasi. Mediasi merupakan penyelesaian sengketa di Pengadilan Agama dengan cara mendatangkan satu pihak netral sebagai penengah dalam memecahkan masalah. Mediasi dianggap sebagai cara penyelesaian sengketa paling baik, sebab dalam mediasi tidak ada pihak yang menang dan kalah sehingga keputusan yang dihasilkan bersifat win-win solution atau sama-sama menang. Dalam Islam, Rasulullah saw juga mengajarkan kepada umatnya apabila dalam menyelesaikan permasalahan sebaiknya dilaksanakan dengan musyawarah mufakat, sehingga menghasilkan kesepakatan antara dua belah pihak. Penelitian ini membahas mengenai sejauh mana keakuratan mediasi sebagai metode penyelesaian sengketa perceraian di Pengadilan Agama Slawi dan seberapa banyak penerapan metode mediasi berhasil dalam menyelesaikan sengketa perceraian di Pengadilan Agama SlawiPenelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan normatif-empiris. Mediasi sebagai metode penyelesaian sengketa perceraian di Pengadilan Agama Slawi secara substantif sudah akurat, karena telah memenuhi asas cepat, sederhana, dan biaya ringan. Dan metode mediasi sudah sesuai dengan amanat al-Qur™an serta Undang-Undang, yakni setiap sengketa perceraian harus melalui proses perdamaian terlebih dahulu sebelum melangkah pada proses persidangan. Mediasi sebagai metode penyelesaian sengketa perceraian di Pengadilan Agama Slawi berhasil sebanyak 16 orang (4%) dari keseluruhan perkara yang masuk di Pengadilan Agama Slawi pada tahun 2022 yakni 370 perkara.
Effectiveness of Using E-Court In Religious Court Proceedings in South Jakarta Hanif, Hamdan Arief; Wanodyatma, Nike Puspita; Makarim, Faris
Journal of Community Research and Service Vol. 7 No. 2: July 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jcrs.v7i2.50223

Abstract

E-Court is a tool in court that functions as a service to the public in terms of registering cases through online platforms, calculating estimated court costs digitally as well as online payments, online summons and trials. The South Jakarta Religious Court started using the e-court since 2018, when the Supreme Court Regulation (PERMA) No. 3 of 2018 appeared regarding Electronic Administration of Cases in Courts. As time went on, the e-court process began to develop when the Supreme Court Regulation (PERMA) No. 1 of 2019 concerning Administration of Cases and Trials in Courts appeared electronically. The benefits for all parties for e-court users are that all parties will be helped by saving costs and time in the process. The deficiencies that occur are network problems in the e-court application. The type of research used in this writing is qualitative research which produces descriptive analytical data, supported by premier and secondary data sources then data collection techniques by means of observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the process of using e-court in proceedings at the South Jakarta Religious Court includes several stages starting from online case registration, online down-payment of fees, online summons, and online trials. There are several obstacles and opportunities that occur in the process of using e-court in proceedings at the South Jakarta Religious Court. Opportunities that occur are that all parties can benefit more such as saving energy, saving time, and saving costs. The obstacle that occurs is the lack of knowledge for previous advocates regarding existing technology from e-courts at this time. As for its effectiveness in using e-court in proceedings at the Religious Courts, it cannot be said to be fully effective because there are still several obstacles in the process..
LGBT dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam Hanif, Hamdan Arief; Indah Listyorini
ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab Vol. 5 No. 2 (2024): September 2024
Publisher : Direktorat Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/abhats.vol5.iss2.art2

Abstract

Penelitian ini mengkaji fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender) dari perspektif Islam dan Hak Asasi Manusia (HAM), menekankan bahwa naluri seks merupakan fitrah manusia yang harus disalurkan melalui pernikahan yang sah. Islam mengutuk penyimpangan seksual seperti LGBT karena dapat merusak moral, sosial, dan biologis manusia. Sementara itu, resolusi Dewan HAM PBB tahun 2011 yang mendukung hak-hak LGBT berdasarkan Deklarasi Universal HAM (DUHAM) telah menjadi perdebatan, terutama di Indonesia, yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dan agama dalam penegakan HAM. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif-sosiologis untuk menganalisis pandangan Islam terhadap LGBT melalui teks-teks hukum Islam dan fatwa ulama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam tidak mengakui legalisasi orientasi seksual yang menyimpang, namun mengakui pentingnya perlindungan hak-hak dasar LGBT berupa jaminan kesehatan untuk rehabilitasi. Ulama berbeda pendapat terkait hukuman bagi pelaku homoseksual dan lesbian, mulai dari hukuman mati hingga ta'zir, yaitu hukuman yang diserahkan kepada penguasa. Di Indonesia, pasal 292 KUHP hanya melarang hubungan seksual sesama jenis jika melibatkan anak di bawah umur, namun hubungan homoseksual antara orang dewasa tidak diatur secara tegas. Dalam pandangan Islam dan hukum Indonesia, LGBT dianggap sebagai ancaman bagi moralitas dan tatanan sosial. Pendidikan agama sejak dini diyakini dapat menjadi langkah preventif untuk mengurangi risiko penyimpangan seksual, dan rehabilitasi bagi pelaku LGBT penting dilakukan agar mereka kembali menjalani kehidupan sesuai norma agama dan sosial. Penegakan hukum, pendidikan agama, dan dukungan moral bagi pelaku LGBT menjadi langkah penting dalam mencegah penyimpangan dan menjaga moralitas masyarakat. Keywords: Penyimpangan Seksual, LGBT, Hukum Islam, HAM
Moderasi Beragama dan Pengaruhnya terhadap Hubbul wathon di Lingkungan Perguruan Tinggi Hanif, Hamdan Arief
ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab Vol. 6 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Direktorat Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/abhats.vol6.iss1.art9

Abstract

Moderasi beragama merupakan sikap beragama yang mengedepankan keseimbangan, toleransi, dan penolakan terhadap ekstremisme. Di tengah pluralitas masyarakat Indonesia, terutama di lingkungan perguruan tinggi yang menjadi miniatur keragaman bangsa, moderasi beragama memegang peranan strategis dalam memperkuat semangat hubbul wathon (cinta tanah air). Penelitian ini bertujuan untuk menggali korelasi antara sikap keberagamaan moderat dengan penguatan nilai-nilai nasionalisme di kalangan sivitas akademika. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif-deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik moderasi beragama yang dilakukan melalui diskusi lintas agama, kegiatan keagamaan yang inklusif, serta kurikulum pendidikan yang menanamkan nilai-nilai toleransi, memiliki pengaruh signifikan terhadap terbentuknya sikap cinta tanah air. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan moderasi beragama cenderung menunjukkan sikap nasionalis yang lebih tinggi, inklusif terhadap perbedaan, dan aktif dalam menjaga persatuan bangsa. Dengan demikian, pengarusutamaan moderasi beragama di lingkungan perguruan tinggi menjadi kebutuhan strategis untuk membentuk generasi bangsa yang religius sekaligus nasionalis. Artikel ini merekomendasikan integrasi nilai-nilai moderasi dalam kurikulum pendidikan tinggi dan penguatan peran kampus sebagai ruang dialog keberagaman. [Religious moderation is a religious attitude that prioritizes balance, tolerance, and rejection of extremism. In the midst of the plurality of Indonesian society, especially in the university environment which is a miniature of the nation's diversity, religious moderation plays a strategic role in strengthening the spirit of hubbul wathon (love for the homeland). This study aims to explore the correlation between moderate religious attitudes and the strengthening of nationalist values ​​among academics. The methodology used is a qualitative-descriptive approach with data collection techniques through observation, interviews, and literature studies. The results of the study indicate that the practice of religious moderation carried out through interfaith discussions, inclusive religious activities, and educational curricula that instill values ​​of tolerance have a significant influence on the formation of an attitude of love for the homeland. Students who are involved in religious moderation activities tend to show a higher nationalist attitude, are inclusive of differences, and are active in maintaining national unity. Thus, mainstreaming religious moderation in the university environment is a strategic need to form a generation of the nation that is both religious and nationalist. This article recommends the integration of moderation values ​​in the higher education curriculum and strengthening the role of the campus as a space for diversity dialogue.]