Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ECOLOGICAL HERITAGE IN MINANGKABAU KIEH Nasri, Daratullaila; Mulyadi, Mulyadi; Juliastuty, Dewi; Awwali, Muchlis; Danerek, Stefan
Heritage of Nusantara: International Journal of Religious Literature and Heritage Vol. 11 No. 2 (2022): HERITAGE OF NUSANTARA
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31291/hn.v11i2.665

Abstract

This article examines the form of Minangkabau people's wisdom and concern for nature and the environment through kieh 'allusion' or figurative language found in the form of mamangan (one of the traditional Minangkabau expressions) which contains ecological wisdom. Data of this study consist of kieh expressions in the form of suggestions and prohibitions. Kieh has several kinds of proverbs called petitih, pituah, pameo and mamangan. The object of the study is the kieh which is related to ecological problems and solutions. By employing descriptive-analytic method, the study focused on the concept of environmental ethics and the view of Minangkabau natural philosophy as summarized by A.A. Navis. It is found that the Minangkabau people through mamangan kieh express wisdom and concern for the environment, including nature conservation and preservation of natural resources. This form of wisdom guides Minangkabau community in interacting with the environment. The Minangkabau natural philosophy is attentive to the sustainability of natural resources and the sustainability of the Minangkabau customary system and communal tradition, such as inheritance in the form of agricultural land, fields, forests, and else. The ecological kieh expressed the environmental ethics for the Minangkabau community.
MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA DALAM PERSPEKTIF INTERKULTURALISME Nasri, Daratullaila; Awwali, Muchlis
Salingka Vol 11, No 01 (2014): SALINGKA, EDISI JUNI 2014
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/salingka.v11i01.7

Abstract

Merantau Ke Deli merupakan salah satu kisah yang mengangkat persoalan antaretnik yang ada di Indonesia. Munculnya sebuah kebudayaan baru di antaranya bisa disebabkan terjadinya kontak antarbudaya. Kontak antarbudaya ini pun adakalanya diterima oleh suatu kebudayaan dan tidak jarang juga ditolak. Tulisan ini bertujuan menjawab pertanyaan mengapa sebuah budaya bisa diterima atau ditolak dalam suatu masyarakat? Untuk mengetahui hal tersebut digunakan pendekatan interkulturalisme. Pendekatan ini (interkulturalisme) dalam karya sastra menfokuskan kajiannya pada berbagai asal budaya yang berbeda dipahami, dinilai, diterima, atau dikeluarkan (ditolak) dalam satu perspektif dan tindakan budaya tertentu. Melalui tulisan ini dapat dibuktikan bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dapat mempersatukan budaya yang berbeda. Selain itu, tradisi juga merupakan unsur kebudayaan yang dapat menolak dan menerima kebudayaan lain. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan budaya antaretnik memperlihatkan keberagaman dan kekayaan budaya yang hidup di Indonesia. Perbedaan antarbudaya tidak hanya dapat memisahkan, tetapi juga dapat mempersatukan pemilik kebudayaan tersebut.
MITOS DAN KEPERCAYAAN RAKYAT MASYARAKAT MARITIM PESISIR SELATAN Wadani, Sonia Fitri; Putra, Yerri Satria; Awwali, Muchlis
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol. 11 No. 1 (2022): Jurnal Elektronik Wacana Etnik 11 (1) 2022
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v11.i1.191

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan menganalisis fungsi mitos dan kepercayaan rakyat pada masyarakat maritim Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan. Sebagai wilayah dengan potensi maritim yang besar, masyarakat pesisir di daerah ini memiliki kekayaan tradisi lisan yang unik, termasuk mitos dan kepercayaan yang telah diwariskan turun-temurun. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan folklor, melibatkan observasi lapangan dan wawancara terarah dengan tokoh masyarakat dan nelayan setempat untuk mengumpulkan data.Hasil penelitian berhasil mengidentifikasi enam mitos dan empat belas kepercayaan rakyat yang masih diyakini dan dipraktikkan oleh masyarakat maritim di Kabupaten Pesisir Selatan. Analisis berdasarkan teori fungsi folklor dari Bascom mengungkapkan bahwa mitos dan kepercayaan ini memiliki beragam fungsi, antara lain sebagai alat pengendalian sosial, pengesahan nilai-nilai budaya, proyeksi harapan, sarana pendidikan, dan mekanisme pewarisan kearifan lokal terkait lingkungan laut dan aktivitas maritim. Implikasi praktis dari penelitian ini menyoroti pentingnya pelestarian dan pemanfaatan kearifan lokal dalam kebijakan pembangunan daerah, terutama dalam pengelolaan sumber daya laut, pariwisata bahari, dan pendidikan budaya. Integrasi pengetahuan tradisional ini dengan sistem modern diharapkan dapat menghasilkan solusi yang lebih kontekstual dan berkelanjutan bagi masyarakat maritim Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam mendokumentasikan warisan budaya maritim dan membuka peluang untuk kajian folklor yang lebih mendalam di wilayah Sumatera Barat.
MEMBACA KEMBALI ANGGUN NAN TONGGA: TAFSIR KONTEMPORER DALAM PUISI ESHA TEGAR PUTRA Cania, Cintya; Wasana, Wasana; Awwali, Muchlis
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol. 11 No. 2 (2022): Jurnal Elektronik Wacana Etnik 11 (2) 2022
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v11.i2.197

Abstract

Artikel ini membahas hubungan intertekstual antara puisi Tentang Anggun Nan Tongga karya Esha Tegar Putra dengan Kaba Anggun Nan Tongga karya Ambas Mahkota. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah bagaimana struktur puisi tersebut merepresentasikan, mereinterpretasi, dan mendialogkan ulang teks kaba sebagai sumber inspirasi utama. Dengan menggunakan pendekatan struktural untuk mengungkap unsur intrinsik puisi serta pendekatan intertekstual untuk menelusuri hubungan antar teks, ditemukan bahwa puisi ini bukan sekadar adaptasi, melainkan bentuk tafsir baru yang menyisipkan pandangan kontemporer atas nilai-nilai budaya Minangkabau.Puisi ini mengangkat konflik cerita klasik antara Anggun Nan Tongga dan Nangkodo Baha sebagai simbol dari pergulatan batin, dendam, dan kehormatan dalam sistem sosial matrilineal Minangkabau. Namun, melalui pilihan diksi dan gaya ekspresi yang reflektif dan kontemplatif, penyair menghadirkan dimensi psikologis yang lebih mendalam dan relevan dengan pembaca modern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi ini berhasil menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, serta membuka ruang baru dalam penciptaan puisi yang berakar pada teks lama.