This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Desvira Siahaan, Ulita Desvira Siahaan
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

REPRESENTASI LAKI – LAKI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM PENYALIN CAHAYA Desvira Siahaan, Ulita Desvira Siahaan; Noor Rakhmad, Wiwid; Yusriana, Amida
Interaksi Online Vol 12, No 1: Januari 2024
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi kasus kekerasan seksual yang menimpa laki – laki masih mendapatrespon ketidakacuhan dari publik. Namun, fenomena ini dihadirkan dalam film yang diteliti, yaitu“Penyalin Cahaya”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana korban laki – laki direpresentasikan serta mengetahui ideologi yang terkandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis. Dielaborasi dengan teori standpoint dan metode analisis 5 kode pembacaan leksia RolandBarthes. Berdasarkan analisis tersebut, dihasilkan temuan berikut. Kode hermeneutikmenunjukkan Tariq sebagai korban laki - laki telah menjadi produk konstruksi maskulinitas. Kode proairetik menunjukkan tindakan Tariq tidak merasa nyaman dan tertutup saat membahaskasusnya. Kode simbolik menunjukkan ciri maskulinitas pada sikap Tariq yakni berusaha tidakmeluapkan emosinya secara verbal. Kode kultural menunjukkan laki - laki harus menuruti nilaimaskulinitas setiap waktu agar dipandang sebagai laki - laki ideal. Kode semik menunjukkan laki – laki maskulin menurut budaya patriarki hanyalah mitos belaka, terlihat pada Rama yangmemiliki penyimpangan seksual dan Tariq yang melakukan self harm, menunjukkan emosi, dantidak berani melaporkan kasusnya. Melalui 5 kode pembacaan tersebut ditemukan adanya pengaruh tekanan konstruksimaskulinitas yang dirasakan korban laki – laki, sehingga korban lebih memilih diam danmemendam kasusnya. Korban laki – laki memandang pengalaman ini sebagai tanda bahwa dirinyasudah bukan laki - laki ideal.