Studi kasus ini mengkaji pengalaman seorang anak laki-laki birasial berusia 4 tahun dengan gejala mutisme selektif (SM), suatu kondisi yang menghalanginya berbicara dalam situasi sosial, seperti lingkungan prasekolah. Untuk mengatasi SM pada anak laki-laki tersebut, para peneliti menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) sebagai strategi untuk mengurangi kecemasannya di lingkungan sekolah dan meningkatkan kepercayaan dirinya dalam komunikasi verbal dengan teman sekelasnya. Pilihan PjBL didasarkan pada teori pembelajaran bahasa behavioris dan interaksionis, yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa terjadi melalui peniruan, penguatan, dan praktik, yang difasilitasi oleh proyek kolaboratif dan interaksi intensif. Dalam penelitian ini, anak laki-laki tersebut dan teman-teman sekelasnya berpartisipasi dalam proyek "Pemandangan Taman" selama dua minggu, di mana mereka membuat kerajinan bertema taman menggunakan karton. Sepanjang proyek, mereka belajar dan menggunakan kosakata bahasa Inggris yang berkaitan dengan komponen taman. Tujuannya adalah agar anak laki-laki tersebut pada akhirnya mengucapkan kata-kata seperti "matahari", "bunga", "rumput", dan "pohon apel" dengan lantang di depan orang lain. Di akhir proyek, selama presentasi kelompok, anak tersebut berhasil mengucapkan kata-kata ini dengan lantang di depan penonton, menunjukkan berkurangnya kecemasannya dan peningkatan kepercayaan diri verbalnya. Hasil ini menunjukkan bahwa PjBL diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi anak laki-laki tersebut, sehingga membantu meringankan kondisi SM-nya. Hasil positif dari kasus ini menunjukkan bahwa PjBL mungkin merupakan strategi yang layak bagi para pendidik dan terapis yang menangani anak-anak yang memiliki tantangan serupa.