Aulia Wahyuningtyas
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Adsorpsi Logam Cu(II) dengan Hidrogel CMC/Pektin Komposisi 2:1 Menggunakan Metode Freeze-Thaw: Adsorption of Cu(II) Metal by Hydrogel CMC/Pectin Composition of 2:1 Using The Freeze-Thaw Method Maelan, Nabila Maharani; Nurazizah Melani Dewi; Sri Andini; Meka Saima Perdani; Aulia Wahyuningtyas
KOVALEN: Jurnal Riset Kimia Vol. 10 No. 2 (2024): August Edition
Publisher : Chemistry Department, Mathematics and Natural Science Faculty, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/kovalen.2024.v10.i2.17273

Abstract

The Citarum River is included in the category of the most polluted river in the world because it contains chemicals that can reduce air quality. This pollution not only affects air quality but also threatens public health and the surrounding ecosystem. Heavy metals, especially Cu(II), are one of the contaminants that have exceeded the threshold and can cause serious health impacts, including organ damage and nervous system disorders. Hydrogel is an alternative adsorbent that is widely used in various fields, especially in the field of air purification. Hydrogel has the ability to absorb and adsorb contaminants. In particular, Carboxymethyl Cellulose (CMC) hydrogel and pectin hydrogel have attracted much attention for safe water purification because they are non-toxic and have good biodegradability and biocompatibility. The researchers conducted a study on the adsorption of Cu(II) metal using a Carboxymethyl Cellulose (CMC) hydrogel adsorbent and pectin in a 2:1 composition through the Freeze-thaw method. FTIR analysis of the CMC/pectin hydrogel confirmed the presence of C-O-, O-H, C=O, C-H, OH bending, and COOH stretching vibrations. Based on BET analysis, the hydrogel has micropores, a type 1 isotherm, and a surface area of ​​1,889 m2/g. The Langmuir isotherm model was used to determine the ideal adsorption conditions to be a concentration of 298 ppm, an adsorption capacity of 1,0918 mg/g, and an adsorption efficiency of 13,485%.
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN SABUT KELAPA DALAM EKSTRAK DAUN JATI MUDA DENGAN FIKSATOR KAPUR TOHOR (CaO) TERHADAP INTENSITAS DAN TAHAN LUNTUR WARNA KAIN PADA PEWARNAAN KAIN KATUN Hanny Dian Kharisma; Vera pangni Fahriani; Aulia Wahyuningtyas
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol. 10 No. 1 (2025)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v10i1.12556

Abstract

“Penggunaan pewarna alami pada tekstil dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber daya alam seperti daun jati muda dan sabut kelapa, sehingga juga dapat meminimalkan penggunaan pewarna sintetis yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perendaman sabutkelapa dalam ekstrak daun jati muda terhadap intensitas warna dan ketahanan luntur warna kain katun setelah dicuci dengan sabun, serta pengaruh kapur tohor (CaO) sebagai fiksator terhadap intensitas warna dan daya tahan luntur warna kain katun yang telah dicuci dengan sabun. Penelitian ini meliputi beberapa tahapan. Pertama, daun jati muda diekstraksi dengan teknik perebusan dengan perbandingan 1 kilogram per 10 liter, menggunakan air sebagai pelarut dan memanaskan campuran pada suhu 100°C selama 30 menit. Kedua, merendam sabut kelapa selama 24 atau 48 jam pada ekstrak daun jati muda. Ketiga, cara mencelupkan kain pada ekstrak daun jati muda dengan merendamnya selama 24, 48, dan tidak direndam sama sekali. Keemepat, proses fiksasi menggunakan kapur tohor (CaO) 10gr/1liter air. Kelima, proses pengujian intensitas warna menggunakan spektrofotometer UV-Vis 2401 PC dan pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian menggunakan sabun menggunakan grey schale. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sampel tanpa perlakuan perendaman menunjukan intensitas warna yang lebih rendah dengan nilai R% (9,45) dibandingkan dengan sampel pada perendaman selama 24 dengan nilai R% (18,24)) dan 48 jam dengan nilai R% (24,06). Pada pengujian tahan luntur warna ketiganya memiliki nilai luntur warna yang cukup baik dengan nilai (4-5). Pada perlakuan pemberian fiksator dapat mempengaruhi intensitas warna menjadi lebih tinggi sehingga warna yang dihasilkan menjadi lebih cerah, baik pada perendaman menggunakan sabut kelapa maupun tanpa perendaman. Sampel dengan fiksator dan tanpa perendaman memiliki nilai R% yang lebih rendah (26) dibandingankan sampel dengan fiksator dan perendaman selama 24 jam memiliki nilai R% ( 62,38), sampel dengan fiksator dan perendaman selama 48 jam memiliki nilai R% (72,11).