Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Refleksi Kehidupan Spiritual Israel Bagi Gereja Masa Kini Berdasarkan 1 Korintus 10:1-13 Lumbaa, Naysalmin
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 5, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v5i1.721

Abstract

This study is based on Paul's emphasis on the examples and warnings from the life of the Israelites during their journey in the wilderness. Paul elaborates on the spiritual experiences encountered by the Israelites through baptism and God's sustenance through various miracles, but later they faced punishment from God. The researcher aims to delve into Paul's intentions and purposes in taking examples from the life of the Israelites as lessons for the Corinthian church. The results of this study indicate that the Corinthian church was facing various issues: disputes, imperfect marital relationships, spiritual pride, idol worship, and sexual immorality. Therefore, Paul draws examples from the Israelites who committed similar wrongdoings and received punishment from God. Paul reminds them to repent and steer clear of all kinds of wrongdoing to avoid facing punishment. Paul also encourages them to have steadfast faith in facing trials, assuring them that the trials they experience do not exceed human capacity and that God faithfully supports and provides a way out when trials occur. This research employs a qualitative research method, through exposition of 1 Corinthians 10:1-13 and elaborated with literature support from previous research books and journals. Penelitian ini berdasar pada penekanan Paulus tentang contoh dan peringatan dari kehidupan Bangsa Israel selama perjalanan dipadang gurun. Paulus menguraikan pengalaman spiritual yang dialami bangsa Israel melalui baptisan dan pemeliharan Tuhan melalui berbagai mujizat, tetapi kemudian mereka mendapatkan hukuman dari Tuhan. Peneliti hendak mendalami maksud dan tujuan Paulus mengambil contoh kehidupan Bangsa Israel sebagai pelajaran bagi jemaat Korintus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jemaat Korintus sedang mengalami berbagai problematika: masalah perselisihan, masalah perkawinan yang tidak ideal, kesombongan rohani, penyembahan berhala, dan percabulan. Itulah sebabnya Paulus mengambil contoh dari Bangsa Israel yang melakukan kejahatan yang serupa dan mereka menerima hukuman dari Tuhan. Paulus mengingatkan mereka supaya mereka bertobat dan menjauhi segala macam kejahatan supaya mereka tidak menerima hukuman. Paulus juga mendorong mereka supaya memiliki iman yang teguh dalam menghadapi pencobaan, bahwa pencobaan yang mereka alami tidak melebihi batas kemampuan manusia dan Allah setia menopang dan memberikan jalan keluar pada waktu pencobaan terjadi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, melalui eksposisi kitab 1 Korintus 10:1-13 dan diuraikan dengan dukungan literatur berupa buku-buku dan jurnal penelitian sebelumnya. 
Teknik Komunikasi Persuasif Yesus dalam Konseling Pastoral: Studi pada Yohanes 4:1-42 Lumbaa, Naysalmin
Jurnal Impresi Indonesia Vol. 4 No. 8 (2025): Indonesian Impression Journal (JII)
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jii.v4i8.6921

Abstract

Pelayanan pastoral konseling bertujuan untuk membantu konseli dalam memahami permasalahan yang dihadapi serta mencapai pemulihan melalui komunikasi yang efektif. Salah satu bentuk komunikasi yang efektif dalam pelayanan pastoral adalah komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk mengubah pandangan, sikap, dan keyakinan konseli. Penelitian ini mengkaji penggunaan komunikasi persuasif oleh Yesus kepada perempuan Samaria dalam Yohanes 4:1-42, dengan fokus pada teknik-teknik komunikasi yang digunakan untuk membimbing perempuan tersebut menuju pemahaman dan pemulihan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif melalui studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yesus menerapkan tiga teknik utama dalam komunikasi persuasif: teknik integrasi (empati), teknik ganjaran, dan teknik tataan. Melalui teknik ini, Yesus berhasil mengatasi hambatan sosial, psikologis, dan spiritual yang dialami perempuan Samaria, sehingga mengarah pada perubahan positif dalam sikap, pandangan, dan keyakinannya. Temuan ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang aplikasi komunikasi persuasif dalam pelayanan pastoral kontemporer, di mana teknik komunikasi yang tepat dapat membantu konseli dalam menghadapi permasalahan pribadi dan memperbaiki relasi mereka dengan Tuhan.