Penelitian ini menggali isu penting tentang penggunaan media sosial, seperti Change.org, Facebook, dan YouTube, sebagai alat untuk menyuarakan pendapat tentang kebijakan pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terutama, penelitian ini mencermati fenomena "clicktivism" atau pergerakan berbasis klik di media sosial yang memengaruhi pemahaman dalam politik kebijakan. Clicktivism adalah sebuah konsep yang muncul dalam gerakan protes Occupy Wall Street pada tahun 2011, yang menggambarkan aktivisme yang dilakukan melalui media sosial. Penelitian ini berfokus pada cara clicktivism memfasilitasi penolakan masyarakat Nusa Tenggara terhadap kebijakan pembangunan kereta gantung Rinjani oleh pemerintah daerah Nusa Tenggara Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan netnografi, sebuah bentuk penelitian yang memungkinkan penyelidikan budaya konsumen online. Objek penelitian terbatas pada diskusi pro dan kontra terkait kebijakan kereta gantung Rinjani di media sosial. Pengumpulan data dilakukan melalui scraping data dan data mining, dan analisis data melibatkan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa clicktivism dapat menjadi alat bagi masyarakat untuk mengungkapkan pendapat mereka dalam ranah publik, tanpa harus turun ke jalan dalam demonstrasi. Media sosial memberikan wadah untuk mempublikasikan aspirasi dan suara masyarakat terkait dengan keputusan dan kebijakan pemerintah.