Prihantanto, Yudha
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemodifikasian Desain Notasi Balok Ke Bahasa Isyarat Tangan (Sibi) Sebagai Metode Belajar Musik Anak Tunarungu Ramadhan, Bayu Gilang; WULANDARI, SRI; Prihantanto, Yudha
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 7, No 1 (2024): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/vh.v7i1.13220

Abstract

Keterbatasan fisik tidak mempengaruhi manusia dalam hidup untuk menikmati ataupun mempelajari segala hal dalam hidupnya. Seni musik dapat dikonsep sebagai salah satu metode untuk membangun karakteristik anak tunarungu dengan cara memodifikasian Notasi Balok sebagai Pembelajaran Pada Siswa Difable dengan keterbutuhan khusus tunarungu. Diawali oleh peneliti dengan temuan lapangan bahwa belum adanya metode pendukung siswa tunarungu untuk mendapatkan pembelajaran seni musik yang efektif, sehingga pada saat anak normal pada umumnya mempelajari musik dengan metode yang sudah ada anak tunarungu hanya melihat dengan keinginan yang besar agar anak tunarungu dapat mempelajari seni musik seperti siswa pada umumnya. Sebagai seseorang yang aktif di bidang pendidikan seni musik, peneliti sadar akan adanya pengembangan metode baru untuk menuntaskan kesetaraan manusia tanpa membedakan kekurangan satu dengan yang lain. Untuk itu peneliti ingin berkontribusi untuk mengembangkan sebuah metode dasar dengan memodifikasi notasi balok ke desain metode sibi bagi anak tunarungu. Notasi diatonis dikombinasikn dengan bahasa SIBI agar menjadi dasar metode siswa tunarungu dapat mempelajari musik dengan cara membaca bentuk notasi yang sudah dikonversikan kedalam bentuk bahasa SIBI. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif dengan metode penciptaan menggunakan teori Gustami. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penjelasan metode notsi balok yang sudah di kembangkan dengan simbol jemari membetuk pewujudan SIBI dalam teori musik yang terdiri dari 3 tahap yaitu: 1) tahap eksplorasi, 2) tahap desain, dan 3) tahap perwujudan. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan inspirasi dan motivasi bagi para pendidik maupun pegiat seni musik untuk terus mengembangkan dan berinovasi agar seni musik dapat dipelajari oleh semua kalangan.
Legenda Bunga Genggong Sebagai Inspirasi Penciptaan Batik Kontemporer Bernuansa Kearifan Lokal Kabupaten Probolinggo Wulandari, Sri; Ramadhan, Bayu Gilang; Prihantanto, Yudha
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 8 No 1 (2024): AnCoMS, Oktober 2024
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v8i1.554

Abstract

Cultural products that are noble are very diverse in Indonesia. One of them is the art of batik. On a piece of batik, not only does it visualize the beauty of the motif, but it also contains a philosophy that is closely related to the lives of the community. Of course, each region has various batik motifs that are thick with the local nuances of the area. The genggong flower is a typical flower that grows abundantly in Karangbong Village, Pajarakan District, Probolinggo Regency, which is legendary. Currently, the existence of the genggong flower can no longer be found, but the story of the beauty of the flower is legendary. It has been passed down from generation to generation by the local community. The legend of the beauty of the genggong flower is immortalized as the name of an Islamic boarding school, namely the Zainul Hasan Genggong Islamic Boarding School. Through in-depth information to local community leaders, the genggong flower has a history for the people who live around the Islamic boarding school. This exciting thing then became an inspiring idea to create contemporary batik creations with the genggong flower motif as the central motif, which is reinforced with the character of the natural nuance motifs typical of Probolinggo Regency. The process of creating contemporary batik with nuances of local wisdom of Probolinggo Regency uses an artwork creation procedure consisting of three stages, namely exploration, design, and manifestation. The first stage is exploration, including tracing, excavation, data collection, and references regarding the source of ideas about genggong flowers in the Karangbong Village area. The second stage includes (1) design, namely exploring forms and techniques; (2) visualization of ideas, making selected sketches as a form of the prototype model. The third stage includes (1) manifestation, developing/refining selected sketches that will be used as designs in the batik creation process. This creation process produces contemporary batik as a form of effort to preserve batik and add to the richness of batik motifs in Probolinggo Regency