Ramadhan, Bayu Gilang
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HYBRIDISM IN CAMPURSARI MUSIC: AN AESTHETIC STUDY Ramadhan, Bayu Gilang; Mauliska, Nur; Diamond, Jody
Mozaik : Journal of Art and Architecture Vol. 2 No. 2 (2024): September 2024
Publisher : Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/3y9azq53

Abstract

Campursari represents a unique fusion between Western diatonic and Javanese pentatonic music. Its inception is rooted in the process of hybridity, a blending of diverse musical elements. In the realm of Indonesian music, "campursari" denotes a genre that integrates various contemporary Indonesian music styles. This study employs qualitative research through a musicological approach, specifically focusing on the aesthetic aspects of campursari music. Hybridity is a defining feature of campursari, setting it apart from other musical forms. This genre is characterized by the combination of disparate musical elements: traditional ethnic instruments such as gamelan, and modern instruments like electric guitars, basses, drums, and keyboards. This blend creates a distinctive hybrid music that emerges from the interplay between Western and traditional musical influences. Campursari artists skillfully merge these elements, resulting in a unique sound that bridges cultural and musical divides. The fusion inherent in campursari not only reflects a blend of different musical traditions but also highlights the genre’s role in evolving contemporary Indonesian music. The aesthetic study of campursari reveals how this hybridization contributes to its dynamic and distinctive musical identity.
Pemodifikasian Desain Notasi Balok Ke Bahasa Isyarat Tangan (Sibi) Sebagai Metode Belajar Musik Anak Tunarungu Ramadhan, Bayu Gilang; WULANDARI, SRI; Prihantanto, Yudha
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 7, No 1 (2024): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/vh.v7i1.13220

Abstract

Keterbatasan fisik tidak mempengaruhi manusia dalam hidup untuk menikmati ataupun mempelajari segala hal dalam hidupnya. Seni musik dapat dikonsep sebagai salah satu metode untuk membangun karakteristik anak tunarungu dengan cara memodifikasian Notasi Balok sebagai Pembelajaran Pada Siswa Difable dengan keterbutuhan khusus tunarungu. Diawali oleh peneliti dengan temuan lapangan bahwa belum adanya metode pendukung siswa tunarungu untuk mendapatkan pembelajaran seni musik yang efektif, sehingga pada saat anak normal pada umumnya mempelajari musik dengan metode yang sudah ada anak tunarungu hanya melihat dengan keinginan yang besar agar anak tunarungu dapat mempelajari seni musik seperti siswa pada umumnya. Sebagai seseorang yang aktif di bidang pendidikan seni musik, peneliti sadar akan adanya pengembangan metode baru untuk menuntaskan kesetaraan manusia tanpa membedakan kekurangan satu dengan yang lain. Untuk itu peneliti ingin berkontribusi untuk mengembangkan sebuah metode dasar dengan memodifikasi notasi balok ke desain metode sibi bagi anak tunarungu. Notasi diatonis dikombinasikn dengan bahasa SIBI agar menjadi dasar metode siswa tunarungu dapat mempelajari musik dengan cara membaca bentuk notasi yang sudah dikonversikan kedalam bentuk bahasa SIBI. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif dengan metode penciptaan menggunakan teori Gustami. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penjelasan metode notsi balok yang sudah di kembangkan dengan simbol jemari membetuk pewujudan SIBI dalam teori musik yang terdiri dari 3 tahap yaitu: 1) tahap eksplorasi, 2) tahap desain, dan 3) tahap perwujudan. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan inspirasi dan motivasi bagi para pendidik maupun pegiat seni musik untuk terus mengembangkan dan berinovasi agar seni musik dapat dipelajari oleh semua kalangan.
Menjelajahi Batik Dewi Rengganis sebagai Media untuk Meningkatkan Kesadaran Komunikasi Antarbudaya dan Kompetensi Global melalui Ikonografi Warisan Majapahit Firdausia, Wardaniatul; Ramadhan, Bayu Gilang
Mozaik : Journal of Art and Architecture Vol. 3 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/cvnz9849

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan Batik Dewi Rengganis karya tekstil kontemporer yang terinspirasi dari ikonografi Majapahit sebagai media pedagogis untuk meningkatkan kesadaran komunikasi antarbudaya dan kompetensi global. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif-interpretatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, kuesioner terbuka, dan analisis dokumentasi terhadap peserta pelatihan, pengrajin batik, dan pakar budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen simbolik warisan Majapahit dalam desain batik seperti bunga teratai, senjata tradisional, dan arca suci berfungsi sebagai narasi visual yang mendorong refleksi kritis dan dialog lintas budaya. Peserta menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap nilai-nilai antarbudaya seperti toleransi, identitas, dan penghargaan terhadap keberagaman. Temuan ini menegaskan potensi budaya visual lokal sebagai alat edukatif transformatif dalam membentuk kewargaan global. Namun, penelitian ini juga menyoroti implikasi etis terkait representasi digital dan komersialisasi simbol budaya, serta pentingnya perlindungan kekayaan intelektual dan inovasi yang menghormati nilai-nilai budaya.
Dimensi Budaya dan Sosial Arsitektur Hijau: Mendesain untuk Keberlanjutan dan Kesejahteraan Masyarakat Sa'diyah, Halimatus; Ramadhan, Bayu Gilang
Mozaik : Journal of Art and Architecture Vol. 3 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/bdg27186

Abstract

Arsitektur hijau melampaui keberlanjutan lingkungan dengan mengintegrasikan dimensi budaya dan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengeksplorasi bagaimana praktik arsitektur berkelanjutan dapat selaras secara harmonis dengan identitas budaya lokal dan kebutuhan sosial, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini dimulai dengan membangun kerangka teoritis yang mencakup prinsip-prinsip keberlanjutan, pertimbangan budaya, dan inklusivitas sosial. Hal ini menekankan bahwa arsitektur hijau yang efektif harus menghormati tradisi dan warisan lokal, dengan menggunakan bahan dan teknik asli yang selaras dengan identitas budaya masyarakat. kepekaan budaya dalam desain tidak hanya melestarikan bangunan bersejarah tetapi juga memastikan bahwa bangunan baru diterima oleh penduduk setempat. Lebih jauh, tinjauan ini meneliti dampak arsitektur hijau terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan melalui peningkatan kualitas udara dalam ruangan, pencahayaan alami, dan elemen desain biofilik, bangunan hijau berkontribusi signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Ruang-ruang ini dirancang untuk menumbuhkan kohesi sosial dengan menciptakan lingkungan yang inklusif dan mudah diakses yang mendorong interaksi sosial dan keterlibatan masyarakat. Tinjauan ini menyoroti proses desain partisipatif sebagai hal yang penting untuk arsitektur hijau yang sukses. Melibatkan anggota masyarakat dalam fase desain dan pengembangan membangun modal sosial dan memastikan bahwa struktur akhir memenuhi kebutuhan dan aspirasi spesifik masyarakat. Studi kasus ruang hijau perkotaan, pembangunan perumahan berkelanjutan, dan bangunan publik menggambarkan penerapan praktis prinsip-prinsip ini, memamerkan proyek-proyek yang telah berhasil mengintegrasikan dimensi budaya dan sosial dengan tujuan keberlanjutan. Tantangan seperti menyeimbangkan keberlanjutan dengan tujuan budaya dan sosial, dan menavigasi kerangka kebijakan dan peraturan, juga dibahas. Tinjauan ini diakhiri dengan mengadvokasi pendekatan holistik terhadap arsitektur hijau yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan dukungan kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan, beresonansi secara budaya, dan inklusif secara sosial. Tren dan inovasi masa depan di bidang ini siap untuk lebih meningkatkan sinergi antara keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
Legenda Bunga Genggong Sebagai Inspirasi Penciptaan Batik Kontemporer Bernuansa Kearifan Lokal Kabupaten Probolinggo Wulandari, Sri; Ramadhan, Bayu Gilang; Prihantanto, Yudha
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 8 No 1 (2024): AnCoMS, Oktober 2024
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v8i1.554

Abstract

Cultural products that are noble are very diverse in Indonesia. One of them is the art of batik. On a piece of batik, not only does it visualize the beauty of the motif, but it also contains a philosophy that is closely related to the lives of the community. Of course, each region has various batik motifs that are thick with the local nuances of the area. The genggong flower is a typical flower that grows abundantly in Karangbong Village, Pajarakan District, Probolinggo Regency, which is legendary. Currently, the existence of the genggong flower can no longer be found, but the story of the beauty of the flower is legendary. It has been passed down from generation to generation by the local community. The legend of the beauty of the genggong flower is immortalized as the name of an Islamic boarding school, namely the Zainul Hasan Genggong Islamic Boarding School. Through in-depth information to local community leaders, the genggong flower has a history for the people who live around the Islamic boarding school. This exciting thing then became an inspiring idea to create contemporary batik creations with the genggong flower motif as the central motif, which is reinforced with the character of the natural nuance motifs typical of Probolinggo Regency. The process of creating contemporary batik with nuances of local wisdom of Probolinggo Regency uses an artwork creation procedure consisting of three stages, namely exploration, design, and manifestation. The first stage is exploration, including tracing, excavation, data collection, and references regarding the source of ideas about genggong flowers in the Karangbong Village area. The second stage includes (1) design, namely exploring forms and techniques; (2) visualization of ideas, making selected sketches as a form of the prototype model. The third stage includes (1) manifestation, developing/refining selected sketches that will be used as designs in the batik creation process. This creation process produces contemporary batik as a form of effort to preserve batik and add to the richness of batik motifs in Probolinggo Regency