Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ABSURDITAS DALAM NOVELLA SI BENALU KARYA NESCIO Saragih, Mike Wijaya
DIALEKTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA Vol. 7 No. 2 (2020): DESEMBER
Publisher : Prodi Sastra Inggris UKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/dia.v7i2.3050

Abstract

ABSTRAKTulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bentuk-bentuk absurditas dalam novella Si Benalu karya Nescio. Bentuk absurditas di dalam novella ini ditemukan melalui analisis cara tokoh utama memandang kehidupan di sekelilingnya dan penilaian orang lain terhadap tokoh utama Japi, yang disebut Si Benalu di dalam teks. Untuk menganalisis konsep absurditas ini, penulis menggunakan konsep absurditas oleh Albert Camus. Hasil dari analisis ini ditemukan adanya perjalanan kesadaran tokoh utama Japi terhadap absurditas kehidupan. Japi dengan idealismenya memilih menjadi seorang “benalu” untuk menunjukkan pemberontakannya terhadap kehidupan yang dianggapnya absurd. Selain itu, beberapa bentuk absurditas juga ditunjukkan melalui interaksi Japi dengan ketiga temannya, yaitu Bavink, Koekebakker dan Hoyer. Idealisme yang Japi jalankan membuatnya dipandang absurd oleh teman-temannya. Namun, kegagalannya mempertahankan idealismenya membuat hidupnya berakhir dengan tragis. Japi memilih untuk bunuh diri yang berarti Japi dengan sadar melepaskan kuasa atas dirinya yang otonom kepada dunia yang absurd ini. Kata kunci: absurd, absurditas, benalu, pemberontakan ABSTRACTThis paper aims to show the forms of absurdity in Nescio's novella, Si Benalu. The forms of absurdity in the novella are found through an analysis of how the main character Japi sees his surrounding life and other people's judgments of Japi, who is called Si Benalu in the text. To analyze the concept of absurdity, the writer uses the concept of absurdity by Albert Camus. The result shows a journey of awareness of the main character Japi towards the absurdity of life. Japi, with his idealism, chooses to become a "parasite" to show his rebellion against a life that he considers absurd. Besides, some forms of absurdity are also demonstrated through Japi's interactions with his three friends, namely Bavink, Koekebakker, and Hoyer. Japi's idealism makes him seen absurd by his friends. However, his failure to maintain his idealism makes his life ended tragically. Japi finally chooses to commit suicide, meaning that Japi consciously relinquishes power over his autonomous self to this absurd world.Key words: absurd, absurdity, parasite, rebellion
SUBALTERNITY ISSUES IN STEVE MCQUEEN’S MOVIE 12-YEARS A SLAVE Meliala, Felia Aditya S.; Saragih, Mike Wijaya
DIALEKTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA Vol. 7 No. 1 (2020): JUNI
Publisher : Prodi Sastra Inggris UKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/dia.v7i1.4774

Abstract

This paper aims to show the form of subalternity which occurs in the movie 12 Years a Slave (2013), a biopic of a slave and his life in the times of racism and slaves in America in the year 1841. Being a black person during that time was extremely difficult as they were treated as slaves and were sold freely and legally. This movie depicts the life of Solomon Northup, a kidnapped black freeman who was then sold as a slave to pick cotton. With slavery as its background, this movie shows a lot of graphic torture scenes which depict the cruelty with which white people tortured black people. To find the subalternity experienced by Solomon, the author will analyze the movie’s narrative and cinematography. Furthermore, this research will be based on Gayatri Spivak’s (1985) theory which discusses the voiceless and oppressed groups. The result of this research shows that in the movie 12 Years a Slave, subalternity is constantly found in Solomon’s life. Subalternity is reflected through Solomon’s experience as a part of the oppressed group whose lives are controlled by white people (the oppressor), whose voices are absent and who could only fight with hope and thoughts.
The Archetypal Analysis on Main Characters of Stephen King's Rita Hayworth and Shawshank Redemption Thesalonika Alvina; Saragih, Mike Wijaya
DIALEKTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA Vol. 10 No. 1 (2023): JUNI
Publisher : Prodi Sastra Inggris UKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/dia.v10i1.5026

Abstract

This research article explores the application of Jungian archetypal theory in analyzing Stephen King's novella, Rita Hayworth and Shawshank Redemption. The primary focus of this analysis is to uncover the archetypal identities embodied by the central characters, Andy Dufresne and Ellis "Red" Redding. Employing a close-reading method, the researcher examines the novella to gather relevant data for this study. By delving deep into their individual journeys and psychological transformations, the objective of this research is to unveil the underlying archetypal forces that shape their roles within the narrative. Drawing inspiration from Carl Jung's concept of archetypes and the collective unconscious, this analysis identifies Andy Dufresne as a manifestation of the "trickster" and "hero" archetypes, as evidenced by his portrayal in the story. On the other hand, Red embodies the "mentor" archetype, serving as a seasoned inmate and the narrator of the novella. In this way, the study sheds light on the archetypal dimensions present in the characters of the novella.
Narasi Komodifikasi dan Relasi Kuasa pada Kumpulan Cerpen “Nelayan Itu Berhenti Melaut” Karya Safar Banggai Prasetyo, Teguh; Saragih, Mike Wijaya; Sinulingga, Febrimarini; Ndoen, Gabriella
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 12 No. 1 (2025)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dialektika.v12i1.42343

Abstract

  Semenjak digaungkannya kebijakan “kembali ke laut”, ada banyak hal yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia untuk mendulang pendapatan dari sumber daya laut Indonesia, termasuk potensi pariwisatanya. Dalam pelaksanaan program tersebut, ada beberapa isu yang muncul terkait kesejahteraan dari masyarakat maritim/laut itu sendiri. Dalam kumpulan cerpen “Nelayan itu Berhenti Melaut” karya Safar Banggai, isu-isu tersebut diangkat sebagai narasi utama. Isu tentang objektifikasi masyarakat laut yang berkait dengan komodifikasi laut dan perkampungannya disampaikan dengan penyajian yang menarik, dengan menempatkan masyarakat pada relasi kuasa yang ironis. Oleh karena itu, artikel ini akan mencoba untuk membedah isu tentang narasi komodifikasi dan relasi kuasa dalam beberapa cerpen di kumpulan cerpen tersebut. Analisis dalam artikel ini akan menggunakan pendekatan sosiologis, dengan meminjam teori-teori kritis yang berpusat pada konsep komodifikasi dan relasi-kuasa. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa masyarakat laut yang dinarasikan pada beberapa cerpen terikat pada relasi kuasa yang membuat suara-suara mereka redup dan membuat mereka tereifikasi sebagai objek. Bentuk komodifikasi tersebut tidak hanya terbaca pada bentuk objektifikasi masyarakat dan perkampungannya yang dianggap eksotik saja, tetapi juga praktik-praktik sosial budaya yang berubah karena tradisi masyarakat yang tergadaikan. Kata kunci: komodifikasi, masyarakat laut, objektifikasi, relasi kuasa.  
Analisis Peran Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Pusat Pelayanan Bahasa Universitas Kristen Indonesia Sinulingga, Febri; Saragih, Mike Wijaya; Oktafia Purba, Arta Erna Wati
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 11 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v11i2.5718

Abstract

Kehadiran tutor dalam proses belajar mengajar memiliki peran yang sama pentingnya dengan guru. Perbedaannya terletak pada lingkup kerja, di mana tutor lebih banyak berperan di tempat kursus, sedangkan guru di sekolah. Menjadi seorang tutor bukanlah tugas yang mudah, karena dibutuhkan kreativitas dan inovasi dalam mengajar agar pembelajaran lebih menyenangkan. Selain itu, peserta didik memerlukan dorongan dan motivasi agar mencapai hasil belajar yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan peran tutor dalam metode dan proses pembelajaran bahasa Inggris di PPB UKI guna meningkatkan efektivitas pembelajaran, (2) memaparkan pengaruh personality dan disiplin tutor terhadap pembelajaran bahasa Inggris, serta (3) menjelaskan evaluasi kelas sebagai faktor peningkat efektivitas pembelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental sederhana dengan desain survei yang ditambah dengan observasi dan dokumentasi. Tahapan penelitian meliputi penyusunan pendahuluan, kajian literatur, perumusan metode, penyusunan instrumen, pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil penelitian. Data diperoleh melalui survei yang disebarkan kepada 150 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tutor untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sangatlah penting, personality dan disiplin para tutor terhadap pembelajaran bahasa Inggris mempengaruhi para peserta didik dan evaluasi kelas yang dilakukan di PPB UKI terbukti meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa Inggris di PPB UKI. Secara keseluruhan, para tutor mampu memberikan pelayanan yang memuaskan serta kontribusi positif dalam pembelajaran bahasa Inggris. Adapun hasil luaran yang ditargetkan adalah masuk ke dalam jurnal pendidikan nasional terakreditasi.