Perkembangan teknologi digital dan media sosial telah mengubah pola komunikasi, interaksi sosial, serta pembentukan identitas Generasi Z yang lahir dan tumbuh dalam era digital. Media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai ruang untuk memperoleh informasi, membangun relasi, serta mencari pengakuan sosial. Namun, keterikatan berlebihan pada media sosial menjadikan Generasi Z lebih rentan mengalami Fear of Missing Out (FoMO), yaitu perasaan cemas atau skhawatir karena takut tertinggal dari pengalaman, aktivitas, maupun informasi yang dimiliki orang lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa FoMO berkontribusi pada peningkatan stres, kecemasan, depresi, rendahnya harga diri, serta penurunan dimensi psychological well-being seperti penerimaan diri, otonomi, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena FoMO pada mahasiswa Generasi Z, dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis, serta menguji peran dukungan sosial sebagai moderator. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi dengan melibatkan 45 mahasiswa Universitas X yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan observasi, kemudian dianalisis dengan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman sebaya, dan komunitas kampus terbukti efektif memperlemah pengaruh negatif FoMO terhadap kesejahteraan psikologis. Temuan ini menegaskan bahwa dukungan sosial merupakan faktor protektif yang esensial, sekaligus memberikan implikasi praktis bagi pengembangan strategi intervensi kesehatan mental Generasi Z di era digital.