Ramadhan, Agung Dharma Yuda Adi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

GREEN CURE: PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA SUPITURANG MELALUI PEMANFAATAN TOGA DAN PENGELOLAAN SAMPAH Ramadhan, Agung Dharma Yuda Adi; Annisa, Aditya Nanda; Anwaja, Alfieska; Arofa, Arofa; Syach, Dathan Tara Salman; Daffa, Laora Assandy; Abyyu, Moh Mahdy; Maliki, Mohammad; Istirahmah, Puspasari; Bilqis, Sabrina Fasha; Anggraini, Triya; Wajihuddin, Wajihuddin
Diseminasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat- LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/diseminasiabdimas.v6i2.9990

Abstract

Desa Supiturang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Desa ini memiliki tanah yang sangat subur dan suhu yang dingin karena lokasinya yang sangat dekat dengan Gunung Semeru. Sebagian besar profesi warga desa adalah petani. Desa Supiturang terletak di daerah yang memiliki keterbatasan akses pada fasilitas umum, terutama fasilitas kesehatan. Kondisi itu juga tidak diimbangi masyarakat dengan kebiasaan hidup sehat, salah satunya cara membuang sampah di sungai. Hal ini membuat kondisi sungai menjadi tercemar oleh sampah rumah tangga, seperti plastik dan sisa makanan. Apabila dibiarkan tentunya akan menyebabkan pencemaran sumber air warga serta memicu banjir ketika hujan datang. Dengan demikian, kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diusung oleh mahasiswa Kelompok KKN 287 Universitas Jember mengusung tema kesehatan dan lingkungan melalui program ‘Green Cure’. Program Green Cure bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan tanaman TOGA terutama tanaman kapulaga yang menjadi komoditas andalan warga Desa Supiturang. Hal ini dilatarbelakangi oleh sulitnya warga desa untuk mendapatkan akses kesehatan seperti obat-obatan. Metode yang digunakan adalah pengenalan dan sosialisasi, demonstrasi proyek, dan sesi diskusi. Hasil pengabdian yang dilakukan berupa meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat tanaman TOGA terutama kapulaga bagi kesehatan tubuh serta terciptanya kesadaran masyarakat mengenai bahaya membuang sampah rumah tangga di sungai. Dengan demikian, perlu adanya dukungan dari pemerintah desa berupa kebijakan tentang larangan membuang sampah disungai serta program kerja yang mampu menonjolkan kapulaga sebagai komoditas andalan desa.
Pursuing Uniqueness: Unpacking the Social Identity of Young Urban Migrants through Coffee Culture Ramadhan, Agung Dharma Yuda Adi; Rosa, Dien Vidia; Prasetyo, Hery
SOSHUM : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 14 No. 3 (2024): November 2024
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M, Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/soshum.v14i3.215-224

Abstract

This study explores the leisure activities of young urban migrants in cafés, examining coffee as both a commodity and a modern mode of consumption within the framework of the culture industry. The choice of coffee and cafés is an inherent part of the identity of young people who want articulation space for cultural tastes and preferences. Thus, coffee culture and youth identity become crucial to elaborate the utilization of time conceptualized as determined by the capitalist production system. This research uses critical phenomenology to study urban migrant youth in Surabaya. It purposively determined eight informants consisting of university students from regencies in East Java, baristas, and café owners. Using mass culture analysis from the Frankfurt school, this research found that there is a standardization of space, either claimed as new or authentic, to emphasize the difference with existing cafés. Consequently, the subjectivities of young urban migrants in coffee culture settings are constructed in pursuit of novelty, popularised as ‘FoMO’. The study argues that the differentiation of cafés between urban and non-urban areas does not provide a clear distinction. Then, consumers and those who formulate the existence of cafés are faced with the need to create uniqueness or innovate to multiply profits. Instead of enjoying leisure, young urban migrants are absorbed and actively reproduce the existence of socially and virtually organized social systems.