Postpartum blues (Post Partum syndrom)adalah adanya perubahan dalam tubuh ibu mulai dari kehamilan sampai persalinan, perubahan tersebut terjadi pada pada system hormon, adanya rasa sedih sesudah melahirkan yang terjadi cenderung pada suatu rasa duka. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2018, prevalensi postpartum blues di Asia masih tinggi yaitu 26-85%. Prevalensi postpartum blues di Indonesia sekitar 50-70% pada ibu nifas setelah proses persalinan. Dari penelitian yang pernah dilakukan, 61,8% responden mengalami postpartum blues dengan faktor psikososial terdiri dari faktor usia, faktor paritas, faktor pendidikan dan faktor pekerjaan) (3), 67,64% ibu yang mengalami postpartum blues kurang mendapat dukungan suami. Di Jawa Barat angka kejadian postpartum blues berkisar 45-65%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti adanya pengaruh kesiapan ibu dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues di TPMB I Tahun 2024. Instrument yang dipakai pada penelitian ini adalah EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale) dan kuesioner. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa secara multivariate. Berdasarkan hasil penelitian, variabel kesiapan ibu memiliki koefisien dengan nilai t sebesar -1.379 dan nilai Sig (signifikansi) sebesar 0.179. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel kesiapan ibu tidak secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues pada tingkat sig 0.05. Variabel dukungan suami memiliki koefisien dengan nilai t sebesar 2.737 dan nilai Sig sebesar 0.011. Temuan ini menarik karena menunjukkan dukungan suami memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian postpartum blues pada tingkat signifikansi 0.05. Hal ini menegaskan pentingnya peran dukungan suami dalam mengurangi risiko terjadinya gejala postpartum blues pada ibu pasca melahirkan.