The study aims to present and analyze the phenomenon of Dangdut music as a representation of low taste among Udayana University medical students. The method used in this study is a qualitative approach with descriptive type. Theory used as a surgical knife to analyze this phenomenon is a distinguishing theory of Pierre Bourdieu. The results of this study revealed that Dangdut music is considered a representation of low taste among Udayana University medical students. Dangdut music is considered to no longer display music as a work of art, but only sells sexy looks from its singers. Dangdut music listeners are mostly middle class society down, and also the themes and lyrics contained in Dangdut music are not relate to the life of medical students as middle class and upper class. In addition, the custom of medical students of Udayana University who generally listen to western music, so making them gap Dangdut music is not a music that is worth listening to. It is indirectly also a form of exclusivity from Udayana University medical students who consider Dangdut as a low-taste music and not a type of music suitable for them. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan menganalisis mengenai fenomena musik Dangdut sebagai representasi selera rendah di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Udayana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Teori yang digunakan sebagai pisau bedah untuk menganalisis fenomena ini merupakan teori distingsi dari Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa musik Dangdut dianggap sebagai representasi selera rendah di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Udayana. Musik Dangdut dianggap sudah tidak lagi menampilkan musik sebagai karya seni, melainkan hanya menjual tampilan seksi dari para penyanyi nya. Pendengar musik Dangdut kebanyakan merupakan masyarakat kelas menengah kebawah, dan juga tema-tema maupun lirik yang terdapat dalam musik Dangdut tidaklah relate dengan kehidupan mahasiswa kedokteran sebagai masyarakat golongan menengah keatas. Selain itu, kebiasaan dari mahasiswa kedokteran Universitas Udayana yang umumnya selalu mendengarkan musik-musik barat, sehingga menjadikan mereka menggap musik Dangdut bukanlah musik yang pantas untuk mereka dengarkan. Hal ini secara tidak langsung juga merupakan bentuk eksklusivitas dari mahasiswa kedokteran Universitas Udayana yang menganggap Dangdut sebagai musik dengan selera rendah dan bukan merupakan jenis musik yang cocok untuk mereka. Kata Kunci: musik Dangdut, selera rendah, eksklusivitas