This research focuses on the phenomenon of illegal racing on Chairil Anwar Street, East Bekasi District. The purpose of this research is to describe and analyze the phenomenon of illegal racing on Chairil Anwar Road, East Bekasi District. The research method used in the research is qualitative-descriptive. The theory used as a scalpel in analyzing this research is the subculture theory proposed by Dick Hebdige. The results of this study reveal that the phenomenon of illegal racing on Chairil Anwar Street, East Bekasi District is a form of freedom of expression by young people. The existence of this group seeks to realize this expression by young people. The freedom they have is applied or realized by modifying the vehicles they have. They create an understanding that is different from the general public, where the group uses motorbikes as a means of expressing themselves, while the general public interprets vehicles as a means of mobility. The process of reinterpreting the use of vehicles for wild racing actors is included in the concept of Bricolage, and the style used is a concept of homology for each individual who is part of this group. This creates a form of sub-culture or subculture that exists in society. ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada fenomena balap liar di Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Bekasi Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan dan menganalisis fenomena balap liar di Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Bekasi Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif-deskriptif. Teori yang digunakan sebagai pisau bedah dalam menganalisis penelitian ini adalah teori Subkultur yang dikemukakan oleh Dick Hebdige. Hasil dari penelitian ini mengungkap bahwa fenomena balap liar di Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Bekasi Timur merupakan suatu wujud bentuk kebebasan berekspresi oleh kaum muda. Keberadaan kelompok ini berusaha untuk mewujudkan ekspresi oleh kaum muda tersebut. Kebebasan yang mereka miliki diaplikasikan atau diwujudkan dengan memodifikasi kendaraan yang mereka miliki. Mereka membuat suatu pemahaman yang berbeda dengan masyarakat umum, para kelompok mengunakan kendaraan motor sebagai sarana mengekspresikan diri, sedangkan masyarakat umum memaknai kendaraan sebagai sarana mobilitas. Proses pemaknaan ulang terhadap pengunaan kendaraan bagi para pelaku balap liar tersebut termasuk kedalam konsep Bricolage. Adanya proses pemaknaan ulang terhadap kendaraan melahirkan sebuah kelompok Subkultur yang baru di kalangan anak muda di jalan Chairil Anwar, adanya subkultur ini mendapat presepsi yang berbeda bagi masyarakat, banyak masyarakat menganggap jika hal ini merupakan suatu kegiatan negatif yang dapat membahayakan orang lain. Kata kunci: balap liar, bricolage, homologi, subkultur.