Rahmawati, Cut Dian
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Javanese and Sundanese Swear Words in the Film Yowis Ben 2: A Sociopragmatic Study Febriyatko, Angga; Ambarwati, Ari; Osman, Zulkifli bin; Rahmawati, Cut Dian
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 9 No. 2 (2023): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/kembara.v9i2.25194

Abstract

Swearing is used in every human language activity. Swearing can be found in films as a form of literary work that provides entertainment and describes the phenomenon of social reality. The Yowis Ben 2 film is a youth comedy genre film that contains swear words using local languages, Javanese and Sundanese. This research focuses on a sociopragmatic study of Javanese and Sundanese swearing in the film Yowis Ben 2 to look at the references, functions, and implicatures of swearing speech acts in both languages. This study uses a qualitative descriptive research method. The primary data is in the form of swearing in Javanese and Sundanese in the form of words, phrases, sentences, and scenes for each character in the film, and the secondary data is in the form of previous studies related to swearing in Javanese and Sundanese. Data collection techniques are carried out by documenting, listening, recording, and analyzing content. Data analysis techniques are carried out by reducing, presenting, and drawing conclusions and by using pragmatic equivalent studies in order to reveal swearing implicatures in two languages. The results of the research show that not all swearing in Javanese and Sundanese languages found in the film "Yowis Ben 2" encompasses the entire classification of swearing. The Sundanese language presents a more diverse variety of profanity vocabulary compared to Javanese. Implicatures from the use of profanity in both languages include expressions of feelings such as annoyance, anger, disappointment, surprise, admiration, and familiarity. This research has significant implications for understanding how profanity is used within specific cultural and social contexts, such as in teen comedy films. Furthermore, further research can explore how film translators work to translate profanity vocabulary from regional languages into Indonesian or foreign languages, providing further insights into the cultural adaptation process in the film industry.
Makna Denotasi dan Konotasi Meme dalam Media Sosial Twitter: Kajian Semiotika Roland Barthes Rahmawati, Cut Dian; Hasan Busri; Moh. Badrih
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 10 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v10i2.3479

Abstract

Penelitian ini menggambarkan pentingnya semiotika dalam memahami makna denotasi dan konotasi dari meme yang ada di media sosial Twitter. Twitter sebagai platform media sosial telah memungkinkan berkomunikasi secara instan dengan jangkauan global, termasuk menyebarkan meme. Meme di Twitter mencerminkan aspek budaya dan sosial, termasuk humor dan satir, dan memiliki kemampuan untuk menyebar dengan cepat di internet. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Data diambil dari meme yang tersebar di media sosial Twitter, dan kemudian dianalisis untuk memahami makna denotasi dan konotasi yang terkandung di dalamnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa denotasi pada meme mencakup makna harfiah atau yang terlihat secara fisik, sedangkan konotasi adalah tingkatan kedua dalam proses signifikasi, yang melibatkan asosiasi, perasaan, nilai-nilai budaya, dan ideologi. Meme di Twitter bisa mengandung makna yang kompleks dan beragam bagi setiap individu karena dipengaruhi oleh pengalaman, budaya, dan latar belakang masing-masing pengguna. Beberapa contoh meme yang dianalisis mencakup tema tentang menyembunyikan perasaan, kesadaran untuk refleksi diri, tekanan sosial, perbedaan antara kehidupan di media sosial dan dunia nyata, serta kekuatan menghadapi tantangan. Penelitian semacam ini penting untuk memahami bagaimana meme dapat mempengaruhi komunikasi dan interaksi di media sosial, serta bagaimana interpretasi makna dari meme dapat beragam bagi setiap individu