Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Variasi Bahasa Indonesia-Korea (Indokor) sebagai Identitas Youtuber Korea Selatan Nova, Indah Fauziah; Musyayyab, Imam; Fasa, Faradila Awalia
Jurnal Studi Jurnalistik Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Studi Jurnalistik
Publisher : Faculty of Da'wa and Communications Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jsj.v6i2.41621

Abstract

Bahasa tidak hanya memuat entitas linguistik, tetapi juga memuat fungsi sosial dan identitas suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, cara berbicara seseorang cenderung dapat menjadi indikator dalam menentukan latar belakang sosialnya. Popularitas budaya Korea Selatan di Indonesia menyebabkan konten dari orang Korea Selatan banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia. Youtuber asal Korea Selatan yang telah menguasai bahasa Indonesia kemudian aktif membuat beragam konten dengan sasaran penonton dari Indonesia. Latar belakang sosial yang berbeda tersebut menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia warga Korea Selatan memunculkan variasi Indonesia-Korea (Indokor). Untuk itu, penelitian ini bertujuan: (1) untuk menganalisis fitur kebahasaan yang digunakan oleh youtuber asal Korea Selatan; (2) untuk mendeskripsikan kecenderungan pola campur kode dan alih kode yang muncul dari youtuber asal Korea Selatan; dan (3) untuk mengkaji lebih dalam mengenai identitas youtuber Korea Selatan yang tecermin melalui penggunaan bahasanya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian yaitu berupa video dari tiga youtuber asal Korea Selatan, yaitu Hari Jisun, Han Yoo Ra, dan Noona Rosa. Data artikel ini berupa tuturan yang diambil dari video ketiga youtuber tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitur kebahasaan yang digunakan oleh ketiga youtuber tersebut memiliki variasi dari aspek pengucapan/pelafalan, penguasaan kosakata, dan penggunaan tata bahasa. Kemudian, terdapat kecenderungan pola campur kode melalui pemilihan kata serapan dan istilah populer untuk memberikan efek dramatis. Kecenderungan pola alih kode tersebut disebabkan oleh perpindahan bahasa karena pengaruh audiens dan mitra tutur. Lebih lanjut, terdapat  identitas yang terlihat pada youtuber Korea dalam penggunaan variasi Indokor, yaitu identitas kepribadian dalam penggunaan salam, identitas pembentuk konsep diri dan yang lain, dan identitas keinformalan.
Variasi Bahasa Indonesia-Korea (Indokor) sebagai Identitas Youtuber Korea Selatan Nova, Indah Fauziah; Musyayyab, Imam; Fasa, Faradila Awalia
Jurnal Studi Jurnalistik Vol. 6 No. 2 (2024): Jurnal Studi Jurnalistik
Publisher : Faculty of Da'wa and Communications Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jsj.v6i2.41621

Abstract

Bahasa tidak hanya memuat entitas linguistik, tetapi juga memuat fungsi sosial dan identitas suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, cara berbicara seseorang cenderung dapat menjadi indikator dalam menentukan latar belakang sosialnya. Popularitas budaya Korea Selatan di Indonesia menyebabkan konten dari orang Korea Selatan banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia. Youtuber asal Korea Selatan yang telah menguasai bahasa Indonesia kemudian aktif membuat beragam konten dengan sasaran penonton dari Indonesia. Latar belakang sosial yang berbeda tersebut menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia warga Korea Selatan memunculkan variasi Indonesia-Korea (Indokor). Untuk itu, penelitian ini bertujuan: (1) untuk menganalisis fitur kebahasaan yang digunakan oleh youtuber asal Korea Selatan; (2) untuk mendeskripsikan kecenderungan pola campur kode dan alih kode yang muncul dari youtuber asal Korea Selatan; dan (3) untuk mengkaji lebih dalam mengenai identitas youtuber Korea Selatan yang tecermin melalui penggunaan bahasanya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian yaitu berupa video dari tiga youtuber asal Korea Selatan, yaitu Hari Jisun, Han Yoo Ra, dan Noona Rosa. Data artikel ini berupa tuturan yang diambil dari video ketiga youtuber tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitur kebahasaan yang digunakan oleh ketiga youtuber tersebut memiliki variasi dari aspek pengucapan/pelafalan, penguasaan kosakata, dan penggunaan tata bahasa. Kemudian, terdapat kecenderungan pola campur kode melalui pemilihan kata serapan dan istilah populer untuk memberikan efek dramatis. Kecenderungan pola alih kode tersebut disebabkan oleh perpindahan bahasa karena pengaruh audiens dan mitra tutur. Lebih lanjut, terdapat  identitas yang terlihat pada youtuber Korea dalam penggunaan variasi Indokor, yaitu identitas kepribadian dalam penggunaan salam, identitas pembentuk konsep diri dan yang lain, dan identitas keinformalan.
Ungkapan marah dalam komunitas marah-marah di media sosial X (kajian sosio-pragmatik) Nova, Indah Fauziah; Winarti, Daru
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 7 No 4 (2024)
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/diglosia.v7i4.1124

Abstract

Language is a medium for expressing anger. The ease of communication on social media encourages speakers to form virtual communities that specifically designed for expressing anger. The Angry Community on X is an example of how language is used to express emotions on social media. This paper aimed to examine how anger is conveyed through language. This paper was a qualitative descriptive method using a case study approach. The data consist of 30 expressions of anger obtained from tweets or threads posted by members of the Angry Community. Data were collected over one month, specifically in August 2024. The results showed that swear words and locutionary speech act were used to express anger. References to the meanings of swear words are categorized into 27% situational terms, 53% related to animals, 7% affiliated to spirits, and 13% associated with objects. The sentence structures identified included 19 declarative sentences, 6 interrogative sentences, and 5 imperative sentences. Members of the community are predominantly male, aged between 16 and 25 years, with the majority having completed their education at senior high school. In contrast, community members have diverse occupations, equally split between private sector employees and entrepreneurs.
REPRESENTASI BUDAYA BETAWI DALAM BUKU SAHABATKU INDONESIA: BAHAN AJAR BIPA UNTUK UMUM Nova, Indah Fauziah
Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 8 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/lf.v8i2.20889

Abstract

This study discussed the elements of Betawi culture contained in teaching materials of Indonesian language teaching for Foreign Speakers (BIPA) for the public. The paper aimed to describe and understand the representation of Betawi culture as documented in the BIPA textbook published by The Agency for Language Development and Cultivation, Ministry of Education, Culture, Research, and Technology. The teaching material entitled My Indonesian Friend (Reading Jakarta: Traditional Culture BIPA 3) is used as a diplomatic tool in a subtle form to introduce Indonesian culture. Apart from that, the book was also used as a reference teaching material that supports BIPA learning by teachers and institutions administering the BIPA program. The method used in this paper was a qualitative descriptive method. The technique used in this study was reading and note-taking technique. The object of this research was the book entitled My Friends of Indonesia (Reading Jakarta: Traditional Culture BIPA 3) which was published in 2019. The cultural elements in this research were elaborated and classified by referring to the universal cultural elements of Koentjaraningrat (1981). In this study, there are six types of Betawi culture found, such as religious systems and ceremonies, social systems and organizations, knowledge systems, arts, livelihood systems, and technology and equipment systems.