Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Strategi Kebijakan Penanganan Konflik Manusia dan Monyet Ekor Panjang (Studi Kasus: MEP Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Boyolali) Fauziah, Nurul; Jati, Yudith Irma; Assidiq, Hikmah Fajar; Adji, Basith Kuncoro; Astin, Maharani
Jurnal Inovasi Daerah Vol. 2 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP3D) Kabupaten Boyolali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53697/jid.v2i2.26

Abstract

Perilaku monyet turun dari Gunung Merapi setelah terjadi erupsi merupakan respons alami mereka terhadap lingkungan. Monyet Ekor Panjang (MEP) merupakan salah satu species dengan habitat asli di Taman Nasional Gunung Merapi sebagaimana juga makhluk hidup lain memiliki kepekaan atau iritabilitas. Sistem iritabilitas ini yang memberikan respon kepada MEP bahwa kondisi (di sekitarnya) sangat gawat. Selain itu dengan adanya erupsi maka lahan sumber makanan monyet mengalami kerusakan. Faktor-faktor tersebut mendorong MEP keluar dari Taman Nasional dan masuk ke wilayah lahan masyarakat untuk mendapatkan sumber pakan sehingga mengakibatkan perusakan tanaman pertanian dan perkebunan, invensi ke pemukiman bahkan serangan fisik secara langsung terhadap warga. Apalagi secara alamiah populasi MEP semakin meningkat sehingga kebutuhan ruang dan pakan juga semakin meningkat yang secara linier akan meningkatkan intensitas gangguan terhadap manusia. Apabila interaksi seperti ini dibiarkan terus menerus tanpa penanganan akan berdampak negatif terhadap kondisi sosial, ekonomi, kebudayaan masyarakat yang berada di 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk dan Kecamatan Tamansari juga pada konservasi satwa liar itu sendiri maupun pada lingkungan. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam mengenai kondisi konflik manusia dan MEP serta merumuskan strategi kebijakan penanganan sebagai bahan pemecahan konflik. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Strategi dan arah kebijakan penanganan konflik manusia dan MEP adalah Pembentukan Kelembagaan Penanganan Konflik, Penyusunan KAK Satgas MEP, Identifikasi dan Pelibatan Pemangku Kepentingan. Sedangkan strategi penanganan konflik dibagi menjadi tahap pencegahan, penanganan jangka pendek/menengah dan penanganan jangka panjang.
Hubungan Dual Polametric SAR Band – C dan Landsat 8 untuk Identifikasi Potensi Kekeringan Assidiq, Hikmah Fajar; Rokhmana, Catur Aries
GEOID Vol. 16 No. 2 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v16i2.1687

Abstract

Kekeringan merupakan salah satu bencana krusial dan kompleks yang dapat menimbulkan kerugian material dan immaterial. Kekeringan di indonesia dikategorikan beberapa jenis meliputi Kekeringan Pertanian, Kekeringan Meterologis, dan kekeringan Hidrologi. Kekeringan pertanian merupakan kondisi dimana adanya penurunan kandungan air di dalam tanah. Kondisi tersebut akan berdampak pada tumbuhan dan atau tutupan lahan sehingga diperlukan tindakan preventif. Tindakan preventif dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien sehingga pendekatan dengan pola dinamis sangat diperlukan. Pendekatan pola dinamis dilakukan dengan dengan metode yang dapat dilakukan setiap waktu. Penggunaan penginderaan jauh sensor aktif dapat menjadi solusi melalui pemantaaun setiap waktu secara dinamis. Salah satunya yaitu satelit dengan sensor radar, yaitu Sentinel 1. Sentinel 1A memiliki gelombang band C. Polarisasi pada citra Sentinel 1 memiliki bentuk dual-pol yang terdiri dari VV dan VH atau HH dan HV. Kombinasi polariasi memiliki potensi untuk digunakan identifikasi kekeringan. Metode yang dapat digunakan yaitu Radar Vegetation Index. Radar Vegetation Index dikembangkan dari algoritma NDVI. Klasifikasi kekeringan RVI dikembangkan dari analisis regresi hasil NDVI Landsat 8 dengan hasil RVI. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan data SAR untuk identifikasi kekeringan dengan menghubungkan Dual Polametric SAR Band – C dan Landsat 8. Hasil penelitian bahwa NDVI memiliki Koefesien determinasi dengan RVI sebesar 0.2981. Drought is a disastrous and complex disaster that can cause material and immaterial losses. The drought in Indonesia is categorized by several types including Agricultural Drought, Meteorological Drought, and Hydrological Drought. Agricultural drought is a condition where there is a decrease in water content in the soil. These conditions will have an impact on vegetation and / or land cover so preventive action is needed. Preventive action is carried out quickly, effectively and efficiently so that an approach with a dynamic pattern is needed. The dynamic pattern approach is done by a method that can be done any time. The use of Active Sensor remote sensing can perform monitoring at any time and dynamically. One of the satellites with radar sensors is Sentinel 1A. Sentinel 1A has a C band wave. Polarization in the Sentinel-1 image has a dual-pol form consisting of VV and VH or HH and HV. The Polarization combination has the potential to measure drought. The method that can be used is the Vegetation Radar Index. The radar vegetation index is developed from the NDVI algorithm. The RVI Drought Classification is made by maintaining the relationship between the NDVI Landsat 8 results and the RVI results. This study aims to examine the use of SAR data for drought identification with the relationship between Dual Polametric SAR Band - C and Landsat 8. The results explain that NDVI has a coefficient of determination with an RVI of 0.2981.
Strategi Kebijakan Penanganan Konflik Manusia dan Monyet Ekor Panjang (Studi Kasus: MEP Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Boyolali) Fauziah, Nurul; Jati, Yudith Irma; Assidiq, Hikmah Fajar; Adji, Basith Kuncoro; Astin, Maharani
Jurnal Inovasi Daerah Vol. 2 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Boyolali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perilaku monyet turun dari Gunung Merapi setelah terjadi erupsi merupakan respons alami mereka terhadap lingkungan. Monyet Ekor Panjang (MEP) merupakan salah satu species dengan habitat asli di Taman Nasional Gunung Merapi sebagaimana juga makhluk hidup lain memiliki kepekaan atau iritabilitas. Sistem iritabilitas ini yang memberikan respon kepada MEP bahwa kondisi (di sekitarnya) sangat gawat. Selain itu dengan adanya erupsi maka lahan sumber makanan monyet mengalami kerusakan. Faktor-faktor tersebut mendorong MEP keluar dari Taman Nasional dan masuk ke wilayah lahan masyarakat untuk mendapatkan sumber pakan sehingga mengakibatkan perusakan tanaman pertanian dan perkebunan, invensi ke pemukiman bahkan serangan fisik secara langsung terhadap warga. Apalagi secara alamiah populasi MEP semakin meningkat sehingga kebutuhan ruang dan pakan juga semakin meningkat yang secara linier akan meningkatkan intensitas gangguan terhadap manusia. Apabila interaksi seperti ini dibiarkan terus menerus tanpa penanganan akan berdampak negatif terhadap kondisi sosial, ekonomi, kebudayaan masyarakat yang berada di 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk dan Kecamatan Tamansari juga pada konservasi satwa liar itu sendiri maupun pada lingkungan. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam mengenai kondisi konflik manusia dan MEP serta merumuskan strategi kebijakan penanganan sebagai bahan pemecahan konflik. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Strategi dan arah kebijakan penanganan konflik manusia dan MEP adalah Pembentukan Kelembagaan Penanganan Konflik, Penyusunan KAK Satgas MEP, Identifikasi dan Pelibatan Pemangku Kepentingan. Sedangkan strategi penanganan konflik dibagi menjadi tahap pencegahan, penanganan jangka pendek/menengah dan penanganan jangka panjang.