Semua manusia pastinya ingin terlahir sempurna baik secara fisik maupun mental. Namun pada kenyataannya, tidak semua manusia terlahir sempurna secara fisik dan mental. Disabilitas tunanetra merupakan salah satu bentuk disabilitas yang memengaruhi indera penglihatan seseorang, baik secara parsial maupun total. Tunanetra secara harfiah berasal dari kata "tuna" yang berarti rugi atau hilang, dan "netra" yang merujuk pada mata atau penglihatan. Menurut penelitian, tunanetra dapat terbagi menjadi dua kategori, yaitu tunanetra sejak lahir (bawaan) dan tunanetra yang didapat akibat penyakit, kecelakaan, atau bencana alam. Kondisi tersebut yang dinamakan disabilitas. Salah satu jenis disabilitas fisik yaitu tunanetra. Tunanetra merupakan individu yang kehilangan penglihatan karena kedua indera penglihatannya tidak berfungsi seperti orang awas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami motif tunanetra memilih pijat sebagai profesi utama mereka serta pengalaman komunikasi profesi pijat tunanetra di Karawang melalui penggunaan teknologi alat komunikasi. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mengetahui motif seorang tunanetra memilih profesi pijat serta bagaimana teknologi modern seperti perangkat lunak pembaca layar, aplikasi pemetaan suara, dan perangkat wearable, dapat meningkatkan aksesibilitas dan memungkinkan partisipasi aktif dalam berbagai bidang pekerjaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif dengan individu tunanetra yang menggunakan teknologi alat komunikasi dalam lingkungan kerja mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif yang melatarbelakangi tunanetra memilih pijat sebagai profesi utama mereka yaitu karena kebutuhan finansial. Pijat menjadi profesi dengan penghasilan terbesar bagi para tunanetra untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.