Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mengenal Pemikiran Muhammad Arkoun Dalam Memahami Wahyu Dan Al-Quran Hidayat, Fairuz
FATHIR: Jurna Studi Islam Vol 1 No 2 (2024): FATHIR: Jurnal Studi Islam
Publisher : Fanshur Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71153/fathir.v1i2.12

Abstract

Muhammad Arkoun, pemikir Islam kontroversial asal Aljazair, telah memberikan dampak signifikan terhadap pemahaman kontemporer tentang wahyu dan Alquran. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutika dan kritik sastra, Arkoun menantang paradigma tradisional dalam menafsirkan Alquran, menciptakan dampak dan kontroversi yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan Arkoun mengenai konsep wahyu, analisisnya terhadap Alquran sebagai teks dan makna, serta mengidentifikasi implikasi dan kontroversi yang muncul dari pemikirannya. Fokus pada sejarah hidup Arkoun, konsep wahyu, kajian Alquran, serta dampak dan kontroversi yang ditimbulkannya membuka jendela lebar terhadap kompleksitas dan kedalaman pandangan Arkoun. Pemikirannya yang inovatif menciptakan lanskap beragam dalam interpretasi dan pemahaman Alquran, menjadikan kontribusinya penting dalam membentuk pemikiran Islam modern. Arkoun lahir pada tanggal 1 Februari 1928 di Taourirt-Mimoun, Aljazair, dan tumbuh dalam lingkungan berbahasa Arab dan Berber. Pemikir dan intelektual Muslim ini memiliki pengaruh kuat dari konteks pasca-kolonial yang membentuk pandangannya terhadap isu-isu kekuasaan, identitas, dan pemahaman agama. Pengaruh dari tradisi filsafat Eropa, seperti fenomenologi dan eksistensialisme, menciptakan fondasi untuk interpretasi Alquran yang lebih terbuka terhadap perdebatan dan pembaruan pemikiran Islam. Dengan menerapkan pendekatan hermeneutika, Arkoun berusaha membuka ruang untuk pembaruan pemikiran dalam memahami wahyu. Pendekatan ini mengakui kompleksitas pesan ilahi dan berupaya untuk membuka pintu dialog dan interpretasi yang lebih luas, menggali makna yang terkandung di dalamnya, dan menjadikannya relevan dengan konteks zaman yang terus berubah. Hermeneutika, menurut Arkoun, menciptakan landasan untuk mendekati teks agama dengan perspektif yang lebih terbuka terhadap perkembangan pemikiran dan masyarakat. Dengan demikian, pendekatan hermeneutiknya tidak hanya membawa dimensi kritis tetapi juga membuka ruang untuk kreativitas dalam pemahaman wahyu dan Alquran.
Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak Menurut Tafsir Ibnu ‘Asyur Hidayat, Fairuz; Maizuddin, Maizuddin; Djuned, Muslim
WATHAN: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 2 No 1 (2025): WATHAN: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora
Publisher : Fanshur Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71153/wathan.v2i1.201

Abstract

Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan elemen krusial dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis serta menjadi media utama penanaman nilai moral, spiritual, dan sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kajian mendalam tentang pola dan nilai komunikasi ideal berdasarkan perspektif Al-Qur'an, khususnya dalam Tafsir Ibnu 'Asyur. Penelitian fokus pada pola komunikasi keluarga dalam Al-Qur'an, model komunikasi (linear, interaksional, transaksional), serta nilai-nilai yang terkandung dalam Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir dan relevansinya dengan kehidupan modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Data utama berasal dari Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir karya Ibnu 'Asyur, dilengkapi literatur sekunder terkait komunikasi dan tafsir Al-Qur'an. Analisis dilakukan menggunakan metode analisis isi untuk mengidentifikasi pola, model, dan nilai komunikasi. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi keluarga yang efektif dalam Al-Qur'an mencakup nilai kejujuran, kasih sayang, kebijaksanaan, dan kesabaran. Model linier terlihat dalam dakwah Nabi Ibrāhīm kepada Āzar (QS. Al-An'ām: 74), dengan pesan tegas satu arah. Model interaksional tercermin dalam dialog Luqmān (QS. Luqmān: 13–19), yang menggabungkan pesan jelas dengan dukungan emosional. Model transaksional yang ditampilkan dalam interaksi Nabi Ibrahim dengan ayahnya (QS. Maryam: 42–48), menggambarkan pertukaran pesan logistik dan spiritual. Penelitian ini menganjurkan penerapan komunikasi yang bijaksana dan penuh empati dalam keluarga, integrasi nilai komunikasi Al-Qur'an dalam kurikulum pendidikan keluarga, serta penguatan peran institusi pendidikan dan komunitas untuk menciptakan generasi dengan kesadaran komunikasi Islami. Hasil ini menunjukkan pentingnya penerapan nilai-nilai Al-Qur'an untuk membangun hubungan keluarga yang harmonis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.