Adolescence is a time when individuals seek their identity and tend to want to show their identity to those around them. However, if an individual is excessive in showing his identity, then it is known as narcissism. This article aims to analyze the characteristics and factors of adolescents who have narcissistic behavior using a descriptive qualitative approach and a type of literature review. The samples obtained were 5 journal articles that were relevant to the topic of discussion. From these articles, it was found that the characteristics of adolescents who have narcissistic behavior are feeling unique, having fantasies about an ideal life, having difficulty empathizing with others, being arrogant, and feeling the most special self. In addition, the main factors for the emergence of narcissistic behaviour in adolescents are difficulties in socializing with others, resulting in feelings of loneliness, improper upbringing in childhood, and low self-esteem, causing adolescents to expect validation and praise from others. AbstrakMasa remaja adalah masa dimana seorang individu mengalami proses pencarian jati dirinya dan cenderung berkeinginan untuk menunjukkan identitasnya dirinya pada sekitarnya. Namun, jika seorang individu berlebihan dalam menunjukkan identitas dirinya maka hal tersebut dikenal sebagai narsis. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis ciri-ciri dan faktor-faktor dari remaja yang memiliki perilaku narsistik dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan memiliki jenis kajian literatur. Sampel yang didapatkan sebanyak 5 artikel jurnal yang relevan dengan topik pembahasan. Dari artikel-artikel tersebut didapatkan hasil bahwa ciri-ciri remaja yang memiliki perilaku narsisme adalah merasa memiliki keunikan, memiliki fantasi akan kehidupan yang ideal, sulit berempati terhadap orang lain, angkuh, merasa diri paling istimewa. Selain itu, yang menjadi factor utama timbulnya perilaku narsisme pada remaja adalah karena kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan kesepian, pola didikan yang kurang tepat pada masa kecil, dan self-esteem (harga diri) yang rendah sehingga menyebabkan remaja cenderung mengharapkan validasi dan pujian dari orang lain.