Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pematahan dormansi benih cabai lokal tiung tanjung asal tabalong Kalimantan Selatan Hasimi, Muhammad Hasbi; Agustina, Eva; Miskiah, Nur Yohaniz; Fadhiel, Muhammad Ihsan; Nadia, Nadia; Jawak, Gani
Jurnal AGRO Vol 11, No 1 (2024)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/35866

Abstract

Tiung Tanjung seeds pepper are believed to have dormant properties that can be detrimental to farmers during planting. The aim of this study was to find out the correct method of breaking the dormancy on Tiung Tanjung pepper. The study was designed with a two-stage nested design, the first stage was the seed storage time of 1, 3, 5, 7, 9, and 11 weeks. The second stage was a dormant breakdown method consisting of 8 treatments namely control, aquades, warm water (40 °C), ionic water, IAA 100 ppm, IAA 200 ppm, KNO3 0,1% and KNO3 0.5%. Each unit of experiment used 3 repetitions with 25 seeds planted using Top of Paper method (TP). Parameters observed were the vigor index, growth speed, germination,maximum germination potential, fresh seed, seed mortality rate, and growth performance. The results of the study showed that the treatment of Tiung pepper seed immersed in 0.5% KNO3 for 24 hours was able to break the dormancy at 7 weeks after storage with germination values increased to 80%. Treatment with 0.1% KNO3 could break the dormancy in the 9th week. Dormancy breakdown treatments with aquades, warm water (40 °C), ionic water, IAA 100 ppm, and IAA 200 ppm had not been able to break the dormancy of Tiung pepper seeds up to 11 weeks of storage. Benih cabai Tiung Tanjung diyakini memiliki sifat dormansi yang dapat merugikan petani saat penanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pematahan dormansi yang tepat pada cabai Tiung Tanjung. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan tersarang dua tingkat, tingkat pertama adalah lama masa simpan benih yaitu 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 minggu simpan dan tingkat kedua adalah metode pematahan dormansi yang terdiri dari 8 perlakuan yaitu kontrol, akuades, air hangat (40 °C), air ion, IAA 100 ppm, IAA 200 ppm, KNO3 0,1% dan KNO3 0,5%. Setiap satuan percobaan menggunakan 3 ulangan. Setiap ulangan menggunakan 25 benih yang ditanam dengan metode uji di atas kertas (UDK). Parameter yang diamati adalah indeks vigor, kecepatan tumbuh, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, benih segar tidak tumbuh, dan tingkat kematian benih, dan performa kecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih cabai Tiung dalam KNO3 0,5% selama 24 jam mampu mematahkan dormansi pada 7 minggu setelah simpan dengan nilai daya berkecambah mencapai 80%. Perlakuan dengan KNO3 0,1% dapat mematahkan dormansi pada minggu ke-9. Perlakuan pematahan dormansi dengan akuades, air hangat (40 °C), air ion, IAA 100 ppm dan IAA 200 ppm belum mampu mematahkan dormansi benih cabai Tiung hingga 11 minggu simpan.
Bimbingan teknis pewarna alami dari tanaman obat bersama tim penggerak PKK Desa Kait-kait Agustina, Eva; Muliati, Rahmah; Miskiah, Nur Yohaniz; Atuf, Muhammad Syamsuddin; Ansyari, Agus; Hardarani, Nofia
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 1 (2025): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i1.26914

Abstract

AbstrakDesa Kait-kait, Kecamatan Bati-bati, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, memiliki potensi besar dalam bidang pertanian berkat kesuburan tanahnya, di mana 44% penduduknya berprofesi sebagai petani. Meskipun demikian, masyarakat belum memanfaatkan tanaman sekitar yang berkhasiat obat seperti jahe, kunyit, daun kelor dan lain-lain secara optimal. Permasalahan ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan tanaman tersebut, yang berpotensi menjadi alternatif pengobatan dan pewarna alami. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan tanaman obat. Kegiatan ini juga bagian dari program kerja Tim KKN-MBKM Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat tahun 2024 di Desa Kait-kait yang sekaligus bertujuan untuk merekognisi mata kuliah Budidaya Tanaman Rempah dan Obat. Mitra sasaran adalah 25 anggota PKK Desa Kait-kait. Metode pelaksanaan meliputi bimbingan teknis yang dilakukan pada 18 Agustus 2024, di mana peserta diajarkan tentang teknik budidaya tanaman obat dan pemanfaatannya sebagai pewarna alami. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman peserta tentang manfaat tanaman obat, serta antusiasme untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan. Beberapa peserta mulai menanam tanaman obat di pekarangan mereka dan menunjukkan ketertarikan dalam penggunaan tanaman obat sebagai pewarna alami. Kegiatan ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kualitas kesehatan serta kesejahteraan di Desa Kait-kait. Kata kunci: desa kait-kait; keterampilan masyarakat; pewarna alami; tanaman obat AbstractKait-kait Village, Bati-bati District, Tanah Laut Regency, South Kalimantan, possesses significant agricultural potential due to its fertile soil, where 44% of the population work as farmers. However, the community has not optimally utilized local medicinal plants such as ginger, turmeric, and moringa. This issue is related to a lack of knowledge about the benefits and uses of these plants, which have the potential to be alternatives for medicine and natural dyes. This community service activity aimed to enhance the knowledge and skills of the community in utilizing medicinal plants. It was part of the work program of the KKN-MBKM Team from the Faculty of Agriculture of Lambung Mangkurat University in 2024, which also aimed to recognize the course on Cultivation of Spice and Medicinal Plants. The target participants were 25 members of the PKK of Kait-kait Village. The implementation method includeds a technical guidance session held on August 18, 2024, where participants were educated on cultivation techniques for medicinal plants and their application as natural natural dyes. The results indicated an increased understanding among participants about the benefits of medicinal plants, along with enthusiasm to apply the knowledge gained. Some participants started planting medicinal plants in their yards and expressed interest in using these plants as natural coloring agents. This activity was expected to empower the community and improve health and well-being in Kait-kait Village. Keywords: community skills; kait-kait village; medicinal plants; natural dyes