p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Mu'asyarah
Abdulloh, Mochammad Sayyid
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Epistemologi Bayani Tentang Childfree Di Indonesia Abdulloh, Mochammad Sayyid; Soleh, Achmad Khudori; Wahyu, Wahyu; Sayyidin Panatagama, Ahmad Dzulfikar Sayyidin Panatagama Sayyidin
MU'ASYARAH: Jurnal Kajian Hukum Keluarga Islam Vol 2, No 2 (2023): Oktober
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mua.v2i2.5076

Abstract

Artikel ini membahas tentang epistemologi bayani tentang childfree di Indonesia, epistemologi bayani merupakan pemikiran khas orang arab yang menekankan teks (nash) secara langsung atau tidak langsung. Tujuan artikel ini untuk memberikan pemahaman terkait konsep childfree di Indonesia dari epistemologi bayani. Obyek penelitian ini adalah epistemologi bayani tentang childfree di Indonesia, yang secara spesifik meneliti childfree di Indonesia. Metode penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian Pustaka (library research), karena sumber datanya hanya bersal dari bahan-bahan tulisan yang di publikasikan dalam bentuk buku, majalah, jurnal dan sumber lainnya yang dianggap representative dan relevan. Hasil penelitian ini memberikan pandangan diantaranya : (1) Epistemologi bayani adalah pemikiran yang menekankan terhadap teks, sumber bayani adalah al-Qur’an dan hadist. (2) fenomena childfree di indonesia di sebabkan ada bebreapa faktor, faktor lingkungan hidup, filosofis, pribadi, ekonomi, medis. (3) di dalam al-Qur’an, Hadist ataupun UU di Indonesia memang tidak dijelaskan hukum childfree, dan juga tidak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-qur’an manapun, hanya menjelaskan anjuran untuk memiliki anak bagi seseorang yang telah menikah, karena itu merupakan fitrah manusia.
Pernikahan Endogami Perspektif Teori Fungsionalisme Struktural Abdulloh, Mochammad Sayyid; Arfan, Abbas; Fadil SJ, Fadil SJ; Ramlan, Ramlan
MU'ASYARAH: Jurnal Kajian Hukum Keluarga Islam Vol 4, No 2 (2025): Oktober
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mua.v4i2.10168

Abstract

: Artikel ini membahas tentang pernikahan endogami perspektif teori fungsionalismestruktural, pernikahan dibagi menjadi dua, yaitu pernikahan endogami dan pernikahan eksogami.Pernikahan endogami adalah suatu pernikahan yang dilakukan oleh etnis, klan, suku, kekerabatandalam satu lingkungan yang sama. Sedangkan pernikahan eksogami adalah pernikahan yangdilakukan oleh suku, klan, kekerabatan dalam lingkungan yang berbeda atau keluar darilingkungan aslinya. Obyek penelitian ini adalah pernikahan endogami yang terjadi di pondokpesantren lirboyo kediri, pondok pesantren roudlotul ihsan kediri dan pondok pesantren al hikamblora. Metode penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif yang hasil kajiaannyabersifat deskriptif. Metode kualitatif lebih menekankan pada cara-cara melalui pengamatan,wawancara, atau penelaahan dokumen. Hasil penelitian ini memberikan pandangan : (1)pernikahan endogami secara nilai dapat dilihat sebagai mekanisme sosial untuk mempertahankanintegrasi dalam keluarga besar. Dengan menikah dalam lingkungan keluarga yang sama,pernikahan endogami memperkuat struktur sosial yang ada, menjaga harmoni, dan meminimalkankonflik antara keluarga yang berbeda, (2) pernikahan endogami secara norma bertujuan untukmemastikan bahwa setiap perkawinan memiliki landasan hukum yang jelas, yang memberikanperlindungan hukum kepada pasangan dan anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut, (3)pernikahan endogami secara budaya sering ditemukan dalam masyarakat tertentu yang memilikitradisi kuat untuk menjaga hubungan keluarga dan kesinambungan warisan budaya. Beberapakomunitas adat di Indonesia, misalnya, mendukung pernikahan antar sepupu untuk menjagakeutuhan keluarga. Dalam budaya ini, pernikahan endogami dianggap sebagai cara untukmempertahankan identitas komunitas dan melindungi aset budaya dari pengaruh luar.