Siregar, Sondang Martini
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penempatan Bangunan Candi Tingkip, Lesung Batu dan Bingin Jungut pada Bentang Lahan Fluvial di Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan Siregar, Sondang Martini
Naditira Widya Vol 11, No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v11i1.192

Abstract

Daerah Musi Rawas memiliki dataran aluvial yang membentang di daerah hulu Sungai Musi sampai dengan daerah hulu Sungai Rawas. Pada wilayah tersebut manusia berusaha berinteraksi dengan alam tidak hanya untuk bertahan hidup tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ritualnya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bangunan candi di Tingkip, Lesung Batu dan Bingin Jungut pada abad ke-9 Masehi. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk adaptasi masyarakat pendukung bangunan candi dengan lingkungan fisik di situs Tingkip, Lesung Batu dan Bingin Jungut. Hal ini disebabkan bangunan candi didirikan harus mempertimbangkan lingkungan fisiknya, yaitu jenis tanah, keletakan candi dengan sumber air, sumber bahan bangunan candi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran bentuk adaptasi manusia pendukung bangunan candi dengan lingkungan fisik di situs Tingkip, Lesung Batu dan Bingin Jungut. Metode yang dipakai adalah metode kualitatif dangan analisis ruang sebaran bangunan candi dengan lingkungan fisiknya dan analisis laboratorium, yaitu uji sample tanah dari masing-masing profil tanah dari situs Tingkip, Lesung Batu dan Bingin Jungut. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk penyusunan strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan pada bentang lahan fluvial. Keberadaan bangunan candi menunjukkan adanya sisa peradaban India di situs Tingkip, Lesung Batu dan Bingin Jungut dan masyarakat pendukung candi mempertimbangkan lingkungan fisik dalam mendirikan bangunan candi pada ketiga situs tersebut.
JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU Siregar, Sondang Martini
Naditira Widya Vol 10, No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v10i1.174

Abstract

Agama Hindu Buddha mengenal aliran Tantrayana. Aliran ini bersifat gaib dan diajarkan secara lisan kepadapemeluknya. Aliran ini pernah berkembang di Nusantara dan sisa-sisa arca yang dipuja masih ditemukan di beberapa situsdi Indonesia. Aliran Tantrayana juga berkembang di situs Bumiayu. Selanjutnya, permasalahan yang muncul adalahbagaimana penggambaran arca Tantrayana yang ada di Bumiayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis danciri arca Tantrayana di situs Bumiayu, dan hubungannya dengan arca Tantrayana lainnya di Pulau Sumatera (PadangLawas dan Sungai Langsat). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif denganpenalaran induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal perkembangan agama Hindu di Bumiayu berkisar pada abadke-9 Masehi, yang selanjutnya mendapat pengaruh aliran Tantrayana. Arca dengan aliran Tantrayana digambarkan dalambentuk menyeramkan dan memiliki hiasan tengkorak. Umat Hindu melakukan upacara Tantrayana dengan tujuan untukmelindungi daerah Bumiayu dari serangan Raja Kertanegara yang melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sumatera pada tahun1275
Manfaat Sumber Daya Arkeologi di Situs Lesung Batu Siregar, Sondang Martini; Putri, Zelin Nofena
Siddhayatra Vol 22, No 2 (2017): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1635.63 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v22i2.98

Abstract

  Sumber daya arkeologi adalah semua bentuk fisik atau sisa budaya yang ditinggalkan oleh manusia masa lampau pada bentang alam tertentu yang berguna untuk menggambarkan dan menjelaskan proses perubahan budaya. Situs Lesung Batu yang terletak di Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan salah satu situs arkeologi yang memiliki potensi sumber daya arkeologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan data yang ada di Situs Lesung Batu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif interpretatif. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui sumber daya arkeologi di situs Lesung Batu adalah pondasi candi, struktur batu tuf, fragmen wadah keramik dan tembikar dan arca yoni. Sedangkan manfaat dari sumber daya arkeologi di situs Lesung Batu adalah untuk kepentingan akademis, ideologi dan praktis.Kata kunci: sumber, daya, arkeologi, manfaat, kepentingan 
CANDI TINGKIP DAN LINGKUNGANNYA Widyawati, Surini; Siregar, Sondang Martini
Siddhayatra Vol 23, No 2 (2018): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.571 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v23i2.137

Abstract

Environment and humans are two variables that are interrelated and influence each other, as well as their culture and environment. The environment chosen as a place to live and the construction of religious buildings need to consider the potential and resources they have. In building sacred buildings Hindu-Buddhist religions have special consideration for the environment. Tingkip Temple is one of the temples in the Musi Rawas area. The purpose of this paper is to determine the relationship between the establishment of Tingkip temple buildings and natural resources in the Musi Rawas area. This research uses qualitative methods, with inductive reasoning, by collecting library and field data, as well as data processing by conducting environmental analysis. The results of the research show that Musi Rawas has natural potential that is suitable as a place for the establishment of sacred buildings, because it has the type of soil that is suitable for organic farming, besides being surrounded by rivers and creeks, and the vegetation around it in the form of agricultural and plantation crops. Musi Rawas natural resource potential affects the establishment of the Tingkip Temple.
SEJARAH SONGKET BERDASARKAN DATA ARKEOLOGI Purwanti, Retno; Siregar, Sondang Martini
Siddhayatra Vol 21, No 2 (2016): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (897.766 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v21i2.22

Abstract

Songket merupakan jenis kain tenun yang dikenal di seluruh Indonesia, meskipun cara penenunan dan motif berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sumatera merupakan salah satu pewaris seni tenun tradisional, yang dikenal dengan istilah songket, yang diyakini oleh para ahli sejarah sudah dikenal sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad 7-14 Masehi). Meskipun demikian, sampai sekarang belum ditemukan bukti-bukti arkeologi dan sejarah yang membenarkan pendapat tersebut. Berdasarkan acuan maka tulisan ini akan menguji kebenaran asumsi tersebut. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah songket berdasarkan data arkeologis. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode arkeologi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap arca-arca di Situs Bumiayu, Sumatera Selatan dapat diketahui, bahwa songket sudah dikenakan oleh masyarakat Sumatera Selatan sejak abad ke-9 Masehi, ketika Sriwijaya berpusat di Palembang.
PERSEBARAN SITUS-SITUS HINDU-BUDDHA DAN JALUR PERDAGANGAN DI DAERAH SUMATERA SELATAN (INDIKASI JEJAK-JEJAK PERDAGANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI) Siregar, Sondang Martini
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 2, No 1 (2016): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.255 KB) | DOI: 10.24832/ke.v2i1.5

Abstract

Di Sumatera Selatan berlangsung perdagangan  eksternal, yaitu perdagangan antarsamudra dan laut, dan perdagangan internal, yaitu perdagangan  antarsungai, cabang-cabang sungai dan danau. Kegiatan perdagangan tersebut menyebabkan masuk dan berkembangnya peradaban Hindu-Buddha di Sumatera Selatan. Permasalahan yang akan dibahas dalam artikel ini adalah bagaimana jalur perdagangan pada masa Hindu-Buddha di Sumatera Selatan?  Tujuan penelitian adalah mengetahui persebaran situs-situs Hindu-Buddha dan jalur perdagangan di Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penalaran induktif. Penelitian ini didasari pemahaman bahwa Sumatera Selatan termasuk dalam jalur perdagangan internasional, kapal-kapal asing datang dari India dan Cina (Canton) bertemu di perairan pantai timur Sumatera. Selat Bangka merupakan pintu masuk kapal-kapal asing dan selanjutnya berlayar menyusuri perairan Sungai Musi. Situs Kota Kapur, Pulau Bangka merupakan bekas pelabuhan internasional, tempat kapal asing transit, dan kemudian berlayar menyusuri pantai timur Sumatera atau berlayar ke pedalaman Sumatera Selatan. Bekas dermaga ditemukan di situs Teluk Kijing, Bumiayu, dan Bingin Jungut. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga situs tersebut pernah menjadi pelabuhan transit bagi kapal yang berlayar di perairan Sungai Musi beserta cabang-cabang Sungai Musi. Masuknya peradaban Hindu-Buddha diperkirakan dimulai pada abad ke-8 Masehi. Peradaban Hindu-Buddha tersebar di daerah hilir Sungai Musi sampai dengan hulu Sungai Musi.