Kasus Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) selalu mengalami peningkatan tiap tahun. Sebagian besar penanganan PGTA di Indonesia berupa hemodialisis. Terdapat berbagai masalah psikologis dan fisik yang terjadi pada pasien hemodialisis seperti gangguan tidur, aktivitas fisik, dan masalah pada nutrisi dan berat badan pasien, sehingga berdampak pada kualitas hidup pasien. Studi potong lintang ini mengumpulkan data di RSUD Bangli dengan teknik total sampling sebanyak 80 sampel antara Agustus – September 2023. Data diperoleh dari wawancara, Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur pada saat pre dan post-hemodialisis, kualitas tidur dinilai dengan kuesioner PSQI dan aktivitas fisik dinilai dengan kuesioner IPAQ. Uji kai kuadrat digunakan untuk menilai hubungan antar variabel nominal dan uji korelasi pearson untuk menilai korelasi antar variabel numerik. 80 pasien terkumpul pada studi ini. Sebagian besar laki-laki (56,3%), rerata usia 51,13 13,57 tahun, overweight (30%), rerata lama HD 56,93 41,26 bulan, skor rerata kualitas tidur 8,13 3,89 dengan 66,3% kualitas buruk, rerata aktivitas fisik 1453,29 2014,11 MET/mnt/minggu dengan dominan 60% aktivitas fisik sedang. Tidak didapatkan hubungan signifikan antara lama menjalani hemodialisis dengan indeks massa tubuh (p=0,237), aktivitas fisik (p=0,52), dan kualitas tidur (p=0,345). Tidak didapatkan korelasi yang signifikan antara lama menjalani hemodialisis dengan indeks massa tubuh (r=0,025, p=0,829), aktivitas fisik (r=0,045, p=0,692), dan kualitas tidur (r=0,19, p=0,092). Tidak didapatkan hubungan signifikan antara lama menjalani hemodialisis dengan IMT, aktivitas fisik, dan kualitas tidur pada pasien PGTA di RSUD Bangli.