Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN STATUS KONTROL PASIEN ASMA DI RSUD KOTA MATARAM TAHUN 2019 Tri Wira Jati Kusuma Hamdin; Risky Irawan; Dian Rahadianti; Kadek Dwi Pramana
JURNAL KEDOKTERAN Vol 6 No 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36679/kedokteran.v6i2.314

Abstract

Latar Belakang: Asma merupakan salah satu masalah utama baik di negara maju dan negera berkembang. Pada tahun 2017 angka kejadian asma di berbagai negara sekitar 1-18% dan diperkirakan sebanyak 300 juta penduduk di dunia menderita asma menurut Global Initiatif for Astma (GINA). Kejadian asma dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya usia, jenis kelamin, perokok aktif maupun pasif, genetik, Indeks massa tubuh (IMT. Penurunan faal paru dapat diakibatkan IMT berlebih kurang sehingga meningkatkan terjadinya asma. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor pejamu penyebab asma yang dapat di modifikasi karena reversibel. Seseorang dengan IMT berlebih (over-weight-obesitas) maupun IMT kurang (underweight) cenderung memiliki perubahan pada sistem tubuh yang menimbulkan perburukan pada asma sehingga menjadi tidak terkontrol. Tujuan: Mengetahui hubungan indek massa tubuh dengan status kontrol pasien asma di RSUD Kota Mataram Tahun 2019. IMT bersifat Metode: Penelitian ini merupakan analitik observasional, dengan rancangan cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari rekam medik pasien asma yang menjalani rawat jalan di RSUD Kota Mataram 2019. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang. Analisis data menggunakan rank spearman. Hasil: Hasil analisis menggunakan Rank Spearmen didapatkan nilai p-value 0,000 (p-value 0,05), yang berarti terdapat hubungan antara IMT dengan status kontrol pasien asma di RSUD Kota Mataram tahun 2019. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan status kontrol pasien asma di RSUD Kota Mataram tahun 2019.Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Status Kontrol, Asma. ABSTRACTBackground: Asthma is one of the main problems in both developed and developing countries. In 2017 the prevalence of asthma incidence in various countries was around 1-18% and an estimated 300 million people in the world suffer from asthma according to the Global Initiatif for Astma (GINA). The asthma incidence influenced by many factors. These factors include age, sex, active and passive smoker, genetics, body mass index (BMI). Decreased lung function can be caused by excess BMI and low BMI which increases the asthma insidence. Body Mass Index (BMI) is one of the factors of host that caused asthma can be modified because they were reversible. A person with an over-weight-obesity and underweight BMI tends was have changes in the body's systems that worsen asthma so that becomes uncontrollable. Purpose: Knowing the correlation between body mass index and control status of asthma patients at RSUD Kota Mataram in 2019. Methods: This reseacrh was an observational analytic study, with a cross sectional design. The data source used in this study is secondary data from the medical records of asthma patients who was undergoing outpatient care at the Mataram City Hospital 2019. Data was collected from 118 samples. Data analysis used rank spearman. Results There is a correlation between Body Mass Index and the control status of asthma patients at Mataram City Hospital in 2019. Key Words: Asthma, body mass index, asthma control status.Key Words: body mass index, control status, asthma.
The Relationship Of Gadget Addiction And Diet Pattern To The Body Mass Index (BMI) Of Adolescents Ages 15-17 Years Old Baiq Meisy Arum Anjani; Danang Nur Adiwibawa; Irsandi Rizki Farmananda; Kadek Dwi Pramana
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 12 No. 2 (2023): November
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jps.v12i2.42253

Abstract

Introductions: The development of technology and information is running very fast, marked by progress in information and technology, one of which is gadgets. This affects excessive use of gadgets, and low physical activity makes eating patterns inappropriate, which can affect nutritional status in the long run. Objectives: To analyze the relationship between gadget addiction and eating habits on the body mass index of adolescents aged 15-17. Methods: Observational analytic, quantitative research with cross-sectional study design. The sampling technique used random simple sampling. The Chi-Square correlation test analyzed the data obtained. Results: The prevalence value of heavy gadget addiction in respondents was 89 people (27.6%). The prevalence value of frequent eating patterns in respondents was 146 people (45.2%). The prevalence value of the overweight body mass index in respondents was 43 people (13.3%). There was a significant relationship between addiction to playing gadgets (smartphones) and body mass index. P-value 0.004 (p-value < 0.05). There is an essential relationship between diet and body mass index. P-value p-value 0.038 (p-value < 0.05). Conclusions: There is a relationship between addiction to gadgets (smartphones) and eating patterns on the body mass index of adolescents.
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN, STADIUM HIPERTENSI, DAN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Prabasuari, Ayu Dwi; Kadek Dwi Pramana; Hardinata; Mamang Bagiansah
Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences Vol. 2 No. 2 (2024): Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Medika Suherman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59981/vk197j19

Abstract

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi yang terus meningkat  setiap  tahun. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, jenis kelamin mempengaruhi fungsi ginjal. Penelitian Prihatiningtias (2017)  menyatakan bahwa faktor risiko PGK paling banyak yaitu  hipertensi dan diabetes melitus. Selain itu juga  terdapat  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Lilia (2019) didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian  PGK. Dalam  hal  ini  terdapat  perbedaan  hasil yang didapatkan dari beberapa penelitian sebelumnya, maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan usia, jenis kelamin, stadium hipertensi, dan diabetes melitus dengan kejadian PGK.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin,  stadium  hipertensi,  dan  diabetes melitus dengan  kejadian  PGK di RSUD Provinsi NTB. Metode penelitian yang digunakan yaitu case control dengan jumlah sampel sebanyak 242 dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kelompok kasus dan kontrol ditemukan paling banyak pada perempuan dengan usia 40-59 tahun, dengan penderita PGK ditemukan paling banyak pada laki-laki dengan usia >60 tahun. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian PGK (p value = 0,000, OR = 26,000, CI = 6,692-101,015). Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian PGK (p value = 0,040, OR = 1,703, CI = 1,024-2,832). Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian PGK (p value = 0,000, OR = 2,142, CI = 2,068-3,221). Terdapat hubungan stadium  hipertensi  dengan  kejadian  PGK (p value = 0,000, OR = 13,300, CI = 3,478-202,227). Terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian PGK (p value = 0,000, OR = 292,500, CI = 90,456-945,834). Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, hipertensi, stadium hipertensi, dan diabetes melitus dengan kejadian PGK.
Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Indeks Massa Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Kualitas Tidur Pada Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Alivia Ayu Pramesti Hariyadi; Kadek Dwi Pramana; Hardinata Hardinata; H. L. Buly Fatrahady; Made Rama Putra
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 17 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13852152

Abstract

Kasus Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) selalu mengalami peningkatan tiap tahun. Sebagian besar penanganan PGTA di Indonesia berupa hemodialisis. Terdapat berbagai masalah psikologis dan fisik yang terjadi pada pasien hemodialisis seperti gangguan tidur, aktivitas fisik, dan masalah pada nutrisi dan berat badan pasien, sehingga berdampak pada kualitas hidup pasien. Studi potong lintang ini mengumpulkan data di RSUD Bangli dengan teknik total sampling sebanyak 80 sampel antara Agustus – September 2023. Data diperoleh dari wawancara, Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur pada saat pre dan post-hemodialisis, kualitas tidur dinilai dengan kuesioner PSQI dan aktivitas fisik dinilai dengan kuesioner IPAQ. Uji kai kuadrat digunakan untuk menilai hubungan antar variabel nominal dan uji korelasi pearson untuk menilai korelasi antar variabel numerik. 80 pasien terkumpul pada studi ini. Sebagian besar laki-laki (56,3%), rerata usia 51,13 13,57 tahun, overweight (30%), rerata lama HD 56,93 41,26 bulan, skor rerata kualitas tidur 8,13 3,89 dengan 66,3% kualitas buruk, rerata aktivitas fisik 1453,29 2014,11 MET/mnt/minggu dengan dominan 60% aktivitas fisik sedang. Tidak didapatkan hubungan signifikan antara lama menjalani hemodialisis dengan indeks massa tubuh (p=0,237), aktivitas fisik (p=0,52), dan kualitas tidur (p=0,345). Tidak didapatkan korelasi yang signifikan antara lama menjalani hemodialisis dengan indeks massa tubuh (r=0,025, p=0,829), aktivitas fisik (r=0,045, p=0,692), dan kualitas tidur (r=0,19, p=0,092). Tidak didapatkan hubungan signifikan antara lama menjalani hemodialisis dengan IMT, aktivitas fisik, dan kualitas tidur pada pasien PGTA di RSUD Bangli.
KORELASI KEPATUHAN HEMODIALISIS DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL TAHAP AKHIR DI RSUD PROVINSI NTB Yaya Ipda Sutisna; Kadek Dwi Pramana; Irsandi Rizki Fermananda; Irwan Syuhada
Indonesian Journal of Health Research Innovation Vol. 2 No. 3 (2025): Indonesian Journal of Health Research Innovation
Publisher : Yayasan Menawan Cerdas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64094/serje427

Abstract

Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) adalah kondisi kerusakan ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih, sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis. Selain memperpanjang kelangsungan hidup, hemodialisis juga berdampak pada berbagai dimensi kualitas hidup pasien termasuk aspek fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi. Secara teoritis, tingkat kepatuhan terhadap rejimen hemodialisis dapat memengaruhi kualitas hidup pasien PGTA. Penelitian ini bertujuan menelaah hubungan antara kepatuhan menjalani hemodialisis dan kualitas hidup pasien PGTA di RSUD Provinsi NTB. Desain yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Sebanyak 70 responden dipilih melalui purposive sampling. Kepatuhan diukur menggunakan kuesioner ESRD-AQ, sementara kualitas hidup dinilai dengan KDQOL-SF. Analisis hubungan dilakukan dengan uji Chi-Square pada taraf signifikansi p<0,05. Hasil menunjukkan bahwa pasien dengan kepatuhan tinggi cenderung melaporkan kualitas hidup yang baik, namun uji statistik tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kepatuhan hemodialisis dan kualitas hidup pasien PGTA di RSUD Provinsi NTB (p>0,05). Temuan ini mengindikasikan bahwa peningkatan kualitas hidup pasien PGTA memerlukan pendekatan multidimensional yang mencakup faktor medis, dukungan keluarga, dan aspek psikososial.