Abstrak: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit tahunan di Indonesia. 3M plus adalah bentuk gerakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit DBD. Gerakan tersebut tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan masyarakat tetapi juga harus dilakukan di lingkungan sekolah. Ekstra kurikuler Palang Merah Remaja (PMR) dapat menjadi penggerak kegiatan 3M ini di lingkungan sekolah dengan menjadikan mereka sebagai Jumantik (Juru Pemantau Jentik). Kegiatan yang dilakukan ini memiliki tujuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan peserta mengenai nyamuk penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada anggota PMR di Kota Tasikmalaya sehingga diharapkan dapat menjadi jumantik yang baik. Metode yang dilakukan adalah memberikan pre test sebelum dilakukan pemberian materi dan post test setelah dilakukan pemberian materi tentang nyamuk vektor penyakit demam berdarah. Peserta yang menjadi peserta kegiatan berjumlah 70 orang, yang merupakan anggota dan pembina PMR dari 15 Sekolah Menengah Atas di Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini melibatkan mitra sebagai koordinator PMR, yaitu SMAN 5 Kota Tasikmalaya. Hasil dari kegiatan ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pengetahuan dari peserta dengan rata-rata 35,7 % setelah dilakukan pemberian materi, yang dibuktikan dengan uji t-test didapat nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil sebelum dan sesudah pemaparan materi.Abstract: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an annual disease in Indonesia. 3M Plus is a form of movement aimed at preventing dengue fever transmission. This movement should not only take place in the community but also in the school environment. The Youth Red Cross (PMR) extra-curricular activity can be a driving force for 3M activities in the school environment by making them Jumantik (Larvae Monitoring Volunteers). We conducted this activity to enhance the participants' understanding of mosquitoes that spread dengue hemorrhagic fever (DBD) among PMR members in Tasikmalaya City, with the goal of preparing them to become effective jumantiks. The method used was to give a pre-test before giving material and a post-test after giving material about mosquitoes that are vectors of dengue fever. There were 70 participants, who were PMR members and coaches from 15 high schools in Tasikmalaya City. This activity involved partners as PMR coordinators, namely SMAN 5 Tasikmalaya City. The results of this activity are shown by the increase in knowledge of the participants with an average of 35.7% after the presentation of the material, as evidenced by the t-test obtained sig value (2-tailed) ≤ 0.05, which means there is a significant difference in the results before and after the presentation of the material.