Data BKKBN Kalimantan Timur menyebutkan, dari sekitar 800 ribu pasangan usia subur (PUS), hanya 60,1% yang menggunakan alat kontrasepsi. Hampir 40% PUS belum berpartisipasi dalam program keluarga berencana yang berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan beban kesehatan reproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan variabel penggunaan kontrasepsi pada PUS di Kalimantan Timur, serta hasil klasifikasi dan evaluasi model CHAID berdasarkan akurasi, recall, presisi, dan F1-score. Penelitian ini menggunakan metode non-reaktif dengan populasi 510.319 PUS di Kalimantan Timur. Analisis data dilakukan dengan metode CHAID, menggunakan perbandingan data training dan testing 70:30. Hasil analisis CHAID menunjukkan bahwa informasi tentang alat kontrasepsi merupakan faktor paling signifikan (nilai P<0,0001), dengan 97,6% responden yang mendapat informasi menggunakannya. Pada kelompok tanpa informasi awal, pengetahuan tentang efek samping juga signifikan (nilai P<0,0001) memengaruhi tingkat penggunaan sebesar 94,9%. Akses informasi yang memadai, khususnya mengenai alat kontrasepsi dan efek sampingnya, secara signifikan meningkatkan penggunaan kontrasepsi pada PUS di Kalimantan Timur. Akses dan kualitas informasi sangat menentukan pengambilan keputusan PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga intervensi berbasis komunikasi dan informasi menjadi kunci utama upaya pengendalian kelahiran yang efektif dan berkelanjutan.