<![CDATA[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan gaya bahasa dalam novel Autumn In Paris dan novel Sang Pemimpi serta sebagai pengembangan bahan ajar di SMA. Penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam novel Autumn In Paris dan novel Sang Pemimpi yaitu gaya bahasa perbandingan. Objek dalam penelitian ini kalimat yang berhubungan dengan gaya bahasa perbandingan, sedangkan subjek penelitian adalah novel yang berjudul Autumn In Paris dan novel Sang Pemimpi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan Metode penelitian teknik catat karena data-datanya berupa teks. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Autumn In Paris dan novel Sang Pemimpi. Dari hasil penelitian ditemukan data dalam novel Autumn In Paris berjumlah 50 data yang terdiri dari gaya bahasa hiperbola terdapat 22 data, personifikasi 13, sinekdoke 2, perumpamaan 3, alusio 7, metonomia 1 dan metafora 2. sedangkan dalam novel Sang Pemimpi ditemukan 116 data, gaya bahasa hiperbola 33, personifikasi 41, sinekdoke 3, perumpamaan 27, alusio 5, metonomia 3, metafora 4. Hasil analisis novel Autumn In Paris menujukkan bahwa Ilana Tan sebagai penulis novel Autumn In Paris lebih cenderung menggunakan gaya bahasa hiperbola sedangkan dalam novel Sang Pemimpi menunjukkan bahwa Andrea Hirata banyak menggunakan gaya bahasa personifikasi, jadi gaya bahasa personifikasi dalam novel Sang Pemimpi ini dapat menghidupkan isi cerita didalamnya lebih hidup serta menghindari hal-hal yang berifat monoton yang dapat membuat pembaca merasa bosan. Hasil penelitian yang telah dilakukan memiliki kelayakan sebagai bahan ajar sastra di SMA kelas XII yaitu dalam segi gaya bahasa yang dominan dipakai oleh Ilana Tan dan Andera Hirata dalam novel Autumn In Paris dan novel Sang Pemimpi]]>
