Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENERAPAN NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 HINAI Nurul Badriyah; As’ad Badar; Zaifathur Ridha
Educandumedia: Jurnal Ilmu pendidikan dan kependidikan Vol. 3 No. 3 (2024): Desember 2024
Publisher : Yayasan Insan Cipta Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61721/educandumedia.v3i3.448

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam modul ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMP Negeri 3 Hinai. Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini yaitu guru mata pelajaran pendidikan agama Islam. Sedangkan objek penelitian ini yaitu modul ajar pendidikan agama Islam di Smp Negeri 3 Hinai khususnya pada siswa kelas VII semester ganjil. Adapun teknhik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclustion drawing/verivication (kesimpulan, penarikan atau verifikasi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Konsep dasar moderasi beragama yang termuat dalam modul ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu nilai keadilan, nilai toleransi dan kesimbangan; 2) Muatan nilai-nilai moderasi beragama dalam modul ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terdapat pada 5 bab yang disajikan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII Kurikulum Merdeka serta 3) Penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam modul ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMP Negeri 3 Hinai disesuaikan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII kurikulum merdeka ini memuat nilai-nilai moderasi beragama yang disampaikan secara langsung maupun tersirat.
Pandangan MUI Kabupaten Langkat Mengenai Mekanisme Kerja Dokter Ahli Kandungan Laki-laki dalam Menangani Wanita Hamil dan Melahirkan (Studi Kasus RSU Mahkota Bidadari Gebang) Sena Sahputri; As’ad Badar
Journal Smart Law Vol. 3 No. 1 (2024): September
Publisher : Peduli Riset dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Observations show that more male obstetricians treat pregnant women than female doctors, which raises ethical and Islamic considerations regarding aurat. This study aims to explore the views of the Indonesian Ulema Council (MUI) of Langkat Regency regarding the work mechanism of male obstetricians in handling pregnant women and giving birth at Mahkota Bidadari Gebang Hospital. The research method used is a qualitative approach with the type of field research and case study, which involves observation, interviews, and documentation as data collection techniques. The results showed that in emergency situations, where there are no female doctors available, male obstetricians are allowed to treat female patients, as long as they adhere to the basic principles of sharia such as maintaining aurat and ensuring there is a companion during the examination. The MUI of Langkat District confirms that under normal conditions, female doctors are the first choice to handle female patients to maintain honour and privacy, but leeway is given in urgent circumstances to ensure the safety and health of patients are maintained in accordance with Islamic values.
Pandangan Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tentang Wali Nikah Berhalangan Hadir Taukil Wali Menggunakan Media Digital Asfanrudin Lingga; As’ad Badar; Syahrul Affan
ALADALAH: Jurnal Politik, Sosial, Hukum dan Humaniora Vol. 3 No. 1 (2025): Jurnal Politik, Sosial, Hukum dan Humaniora
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nurul Qarnain Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59246/aladalah.v3i1.1172

Abstract

This study examines the views of the penghulu at the KUA of Pangkalan Susu Subdistrict regarding the use of digital media for proxy marriage (taukil wali) when the guardian of the bride is unable to attend. The interview results show that the use of digital media is considered valid as long as it meets the requirements of Islamic law and applicable regulations, such as the verification of the guardian's identity, clear consent through digital communication, and the presence of valid witnesses. Despite technical challenges and public doubts, the KUA ensures that procedures are carried out according to sharia law. Overall, digital proxy marriage at KUA Pangkalan Susu is accepted as a valid solution in marriage practices.