Herpes zoster merupakan penyakit neurokutaneus yang disebabkan karena varicella-zoster virus (VZV). Paparan primer dari virus varicella-zoster akan bermanifestasi sebagai varicella atau chickenpox dan mengalami reaktivasi menyebabkan shingles atau dikenal dengan herpes zoster. Transmisi dari herpes zoster melalui rute respirasi dan menginfeksi sel epitel pada traktus pernapasan atas. Risiko tertular herpes zoster diperkirakan sekitar 15-30%, akan tetapi risikonya lebih tinggi pada orang dewasa dan usia lanjut, pasien dengan immunocompromised, dan pasien yang memiliki komorbiditas. Puncak insiden herpes zoster di Indonesia terjadi pada kisaran usia 45-64 tahun. Infeksi herpes zoster biasanya diawali dengan gejala prodromal seperti malaise, sakit kepala, demam, myalgia lokal, arthralgia, pruritus (sensasi gatal), dan parestesia (kesemutan) sepanjang dermatom yang mendahului ruam dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Seorang pasien perempuan berusia 61 tahun, warga negara Indonesia datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin dengan keluhan bruntus – bruntus berisi air yang sebagian sudah pecah dan disertai rasa nyeri, sensasi terbakar serta kesemutan pada area mata kanan, kulit kepala sisi kanan (bagian vertex), dan dahi sisi kanan yang berakhir membentuk garis tengah di dahi sejak 3 hari yang lalu, bruntus semakin bertambah banyak dan membuat kedua area mata pasien membengkak. Keluhan diawali 6 hari yang lalu timbul rasa nyeri, tidak nyaman sensasi terbakar, kesemutan, dan gatal di kulit area bagian mata sebelah kanan. Kemudian diikuti perubahan warna kulit menjadi kemerahan dan timbul bruntusan yang berkembang menjadi bruntus-bruntus berisi air dalam waktu 3 hari selanjutnya bruntus – bruntus tersebut pecah dan cairan mengering diatas ruam kulit tersebut. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.