Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Masalah Sosial Masyarakat Dalam Pementasan Drama Sang Pemikul Tandu Karya Gepeng Nugroho Puspita, Erina; Humaira, Alma Khalisa
Indonesian Journal of Education and Development Research Vol 3, No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/ijedr.v3i1.4867

Abstract

This study analyzes various social problems in the drama Sang Pemikul Tandu by Gepeng Nugroho using a sociological literary approach and Soekanto's theory of forms of social problems. This study aims to identify 9 (nine) forms of social problems depicted through the characters and storylines in the drama. The main data was taken from drama performances published on the Padepokan Seni Gubug Kebon YouTube channel. The research method used is a qualitative descriptive method with a documentation approach and recording techniques. The results of the study found several social problems including poverty, family disorganization, problems of the younger generation, and violations of community norms. This shows that the drama Sang Pemikul Tandu reflects the social reality that often occurs in society, where social injustice and other social problems are the main focus.
Tuturan Makian antar Fandom K-pop di Twitter Humaira, Alma Khalisa; Puspita, Erina; Dewi, Anissa Rizky Kusuma
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.26850

Abstract

Makian tidak hanya dituturkan secara lisan, namun juga melalui tulisan khususnya pada media sosial karena saat ini media sosial menjadi wadah untuk berinteraksi jarak jauh. Penelitian ini mengkaji tuturan makian antar fandom K-Pop di Twitter sebagai bentuk ekspresi kekesalan dan pembelaan terhadap idola. Menggunakan metode deskriptif kualitatif, data utama berupa tangkapan layar dianalisis dengan teknik padan dan agih. Dari 15 sampel, ditemukan enam jenis leksikal makian: binatang (3 data), keadaan (5 data), makhluk halus (3 data), bagian tubuh (1 data), benda-benda (1 data), dan profesi (2 data). Makian ini mencerminkan dinamika interaksi fandom yang terjadi di media sosial, di mana komunikasi tidak hanya berlangsung secara lisan tetapi juga tulisan. Studi ini menunjukkan bahwa makian dalam fandom bukan sekadar umpatan, tetapi juga strategi dalam persaingan antar penggemar. Temuan ini menggarisbawahi peran bahasa dalam membangun identitas kelompok dan mengungkap emosi dalam ranah digital.
Penggunaan Plesetan Fonologis di Media Sosial: Kajian Antropolinguistik Humaira, Alma Khalisa; Deswinta, Deswinta; Febriyanti, Dhifa; Puspita, Erina
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 3 (2025): Desember
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plesetan bahasa memunculkan fenomena baru dalam variasi bahasa sehingga dapat membuat makna baru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan plesetan fonologis memengaruhi makna dan tujuan suatu bahasa. Fokus penelitian terletak pada plesetan fonologis di media sosial X dan TikTok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer berasal dari tangkapan layar komentar dan cuitan dalam media sosial X dan TikTok. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap dengan teknik lanjutan berupa tangkapan layar dan teknik catat. Proses analisis data menggunakan metode padan referensial dengan teknik pilah unsur penentu. Selanjutnya, digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beragam bentuk plesetan fonologis pada komentar dan cuitan di media sosial X dan TikTok meliputi bentuk metatesis, bentuk asimilasi, bentuk modifikasi vokal, bentuk disimilasi, bentuk paragog, dan bentuk paronomasia. Penelitian ini menunjukkan bahwa plesetan bahasa bukan hanya digunakan dalam konteks humor, tetapi dapat digunakan sebagai sindiran dan bentuk satir tergantung konteks dan tujuannya.