Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Hubungan Depresi Dengan Kejadian Insomnia Non Organik Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Rafie, Rakhmi; Mandala, Zulhafis; Ningsih, Sari; Wulandari, Yuke
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.16227

Abstract

Kebanyakan Lanjut Usia mengalami perasaan yang tidak berdaya dan kehilangan harapan hidup sehingga dapat memicu kejadian depresi. Gejala depresi dapat berupa gejala afektif (jiwa yang tertekan, kesedihan, menangis), gejala kognitif (ketidakberdayaan, keputusasaan, kehilangan minat dan kesenangan dalam beraktivitas) dan gejala somatik (tidak bersemangat, kehilangan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan kelelahan). Gangguan pola tidur pada lansia akibat depresi dikatakan sebagai insomnia non organik, biasanya disebabkan oleh stres, perubahan hormon, dan kelainan-kelainan kronis. Penelitian ini menggunakan Analitik observasional dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kemiling Bandar Lampung. Data statistik uji Chi-Square. Hasil Penelitian ini didapatkan Distribusi frekuensi karakteristik responden diketahui didapatkan sampel terbanyak ialah berusia 60-70 tahun sebanyak 26 responden (59,1%). Pada jenis kelamin responden didapatkan paling banyak pada jenis kelamin perempuan sebesar 28 responden (63,6%). Sedangkan pada pekerjaan terbanyak ditemukan pada pekerjaan IRT sebesar 19 responden (43,2%), berdasarkan tingkat depresi didapatkan responden terbanyak ialah tingkatan tidak depresi sebesar 24 responden (54.5%), pada insomnia terbanyak ialah pada responden yang tidak insomnia yaitu berjumlah 29 responden (65,9%). Pada uji Chi Square didapatkan p-value=0,002 (nilai p≥0,05). Pada Odds Ratio didapatkan bahwa orang dengan depresi sekurang-kurangnya 2.004 kali lipat dapat mengalami insomnia, dan paling besar beresiko sebesar 39,443 kali lipat dapat mengalami insomnia.