Pangestu, Agung Julian
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Edukasi gizi dengan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahan stunting Pangestu, Agung Julian; Andini, Andini; Khikmawati, Emy
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 8 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i8.1458

Abstract

Background: Stunting remains a significant public health problem in Indonesia. Data from the 2022 Indonesian Nutritional Status Survey (SSGI) shows that the national stunting prevalence reached 21.6%, while in Lampung Province the figure was 20.3%. This indicates that achieving the target of reducing stunting to 14% by 2024 still faces significant obstacles. Stunting is caused by chronic malnutrition, recurrent infections, inadequate parenting, and poor sanitation and access to healthcare. The long-term impacts of stunting not only disrupt a child's physical growth but also hinder cognitive development, reduce work productivity, and increase the risk of non-communicable diseases in adulthood. Therefore, comprehensive measures involving various sectors are needed to prevent stunting, including the active role of universities in community service activities. Purpose: To increase public awareness through education and a participatory approach regarding stunting prevention. Method: Community service activities designed with a participatory approach that emphasizes education, empowerment, and active community involvement. The KKL-PPM activity was carried out in Banjar Sari Village, Wonosobo District, Tanggamus Regency on August 8, 2025. The activity was carried out in several stages including the preparation stage including coordination with village officials, health centers, and integrated health post (posyandu) cadres, preparation of educational modules to be used, and distribution of invitations to the community. Next, in the implementation stage, namely nutrition counseling and education, interactive discussions with participants, simulations of making complementary foods, and assistance from integrated health post (posyandu) cadres in monitoring toddler growth. Nutrition Counseling and Education, with materials on introducing stunting, the importance of the First 1,000 Days of Life (HPK), exclusive breastfeeding, providing nutritious complementary foods, and a balanced diet delivered through presentation media, and leaflets, then continued with interactive discussions and questions and answers to provide opportunities for participants to share experiences and obstacles related to child feeding, parenting, and sanitation, as well as finding solutions together. Results: Implementation demonstrated increased community understanding of the importance of balanced nutrition, exclusive breastfeeding, fulfilling the First 1,000 Days of Life (HPK), environmental sanitation, and the role of integrated health posts (Posyandu) in stunting prevention efforts. Furthermore, community participation in Posyandu activities also increased, accompanied by a commitment from village officials to ensure the program's sustainability. Conclusion: Nutrition education and counseling activities have positively contributed to increasing community knowledge regarding stunting prevention. Through outreach activities, interactive discussions, nutritious menu preparation simulations, and Posyandu mentoring, especially for pregnant women and mothers with toddlers, awareness of the importance of balanced nutrition, appropriate parenting practices, and clean and healthy lifestyles in preventing the risk of stunting has also increased. Suggestion: Integrated health posts cadres and health workers are advised to improve their skills in early detection and routinely recording the nutritional status of toddlers. Village governments are expected to provide support through policies and budget allocations to ensure the program's sustainability, while universities are encouraged to develop this initiative into data-driven research to support a significant reduction in stunting rates. Keywords: Community participation; Nutrition education; Prevention; Stunting  Pendahuluan: Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup tinggi di Indonesia. Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa prevalensi stunting secara nasional mencapai 21.6%, sementara di Provinsi Lampung angkanya sebesar 20.3%. Kondisi ini menandakan bahwa pencapaian target penurunan stunting menjadi 14% pada tahun 2024 masih menghadapi berbagai hambatan yang cukup signifikan. Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi yang bersifat kronis, infeksi yang berulang, pola asuh yang kurang memadai, serta kualitas sanitasi dan akses layanan kesehatan yang rendah. Dampak jangka panjang stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik anak, tetapi juga menghambat perkembangan kognitif, menurunkan produktivitas kerja, dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular pada masa dewasa. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang menyeluruh dan melibatkan berbagai sektor untuk mencegah stunting, termasuk peran aktif perguruan tinggi dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Tujuan: Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan edukasi dan pendekatan partisipatif mengenai pencegahan stunting. Metode: Kegiatan pengabdian masyarakat yang dirancang dengan pendekatan partisipatif yang menekankan pada edukasi, pemberdayaan, dan keterlibatan aktif masyarakat. Kegiatan KKL-PPM dilaksanakan di Desa Banjar Sari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus pada tanggal 8 Agustus 2025. Kegiatan dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain tahap persiapan meliputi koordinasi dengan perangkat desa, puskesmas, dan kader posyandu, penyusunan modul edukasi yang akan digunakan, serta penyebaran undangan kepada masyarakat. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan yaitu penyuluhan dan edukasi gizi, diskusi interaktif dengan peserta, simulasi pembuatan MPASI, serta pendampingan kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan balita. Penyuluhan dan Edukasi Gizi, dengan materi pengenalan stunting, pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), ASI eksklusif, pemberian MP-ASI bergizi, dan pola makan seimbang yang disampaikan melalui media presentasi, dan leaflet, kemudian dilanjutkan dengan diskusi Interaktif dan tanya jawab untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam berbagi pengalaman dan kendala terkait pemberian makan anak, pola asuh, dan sanitasi, sekaligus mencari solusi bersama. Hasil: Pelaksanaan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, pemberian ASI secara eksklusif, pemenuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sanitasi lingkungan, serta peran posyandu dalam upaya pencegahan stunting. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu juga meningkat, diikuti oleh komitmen dari perangkat desa untuk memastikan keberlanjutan program tersebut. Simpulan: Kegiatan penyuluhan dan edukasi gizi menunjukkan kontribusi positif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pencegahan stunting. Melalui kegiatan penyuluhan, diskusi interaktif, simulasi penyusunan menu bergizi, dan pendampingan posyandu pada masyarakat terutama ibu hamil dan ibu yang memiliki balita, juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi seimbang, pola asuh yang tepat, serta perilaku hidup bersih dan sehat dalam mencegah risiko stunting. Saran: Para kader posyandu dan tenaga kesehatan disarankan untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan deteksi dini serta pencatatan status gizi balita secara rutin. Pemerintah desa diharapkan dapat memberikan dukungan melalui kebijakan dan alokasi anggaran agar program ini dapat berlanjut, sementara perguruan tinggi diharapkan dapat mengembangkan inisiatif ini menjadi penelitian yang berbasis data untuk mendukung penurunan angka stunting secara nyata