Try Ramadhani, Moch. Rafly
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Tanah Air Itu Bhinneka as Youth Interreligious Dialogue and Peace Building Strategy Uswatun Chasanah, Alifatul Lusiana; Try Ramadhani, Moch. Rafly
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i2.9033

Abstract

Youth play a strategic role in creating a better and more peaceful world, including in peacebuilding efforts. The Communion of Churches in Indonesia (PGI) has facilitated interfaith relations through the Tanah Air Itu Bhinneka program, which aims to train young people from diverse religious backgrounds across Indonesia to become agents of peace. This article explores the program's contribution to interfaith dialogue strategies by referencing Ashutosh Varshney's theory of civic engagement. Using a qualitative analysis approach and case study method, this research reveals how interfaith civic engagement networks built through the program contribute to enhancing harmonious interfaith relations. The findings indicate that the Tanah Air Itu Bhinneka program not only empowers young people to become agents of peace but also strengthens interreligious understanding and tolerance. This article argues that the approach employed in this program can be adopted as an effective peacebuilding model and provides valuable lessons for similar initiatives at regional and global levels.Pemuda memegang peran strategis dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih damai, termasuk dalam upaya pembangunan perdamaian. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) telah memfasilitasi hubungan antaragama melalui program Tanah Air Itu Bhinneka, yang bertujuan untuk melatih kaum muda dari berbagai latar belakang agama di seluruh Indonesia untuk menjadi agen perdamaian. Artikel ini mengeksplorasi kontribusi program tersebut terhadap strategi dialog antaragama dengan merujuk pada teori keterlibatan warga negara Ashutosh Varshney. Dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan metode studi kasus, penelitian ini mengungkap bagaimana jaringan keterlibatan warga negara antaragama yang dibangun melalui program tersebut berkontribusi untuk meningkatkan hubungan antaragama yang harmonis. Temuan penelitian menunjukkan bahwa program Tanah Air Itu Bhinneka tidak hanya memberdayakan kaum muda untuk menjadi agen perdamaian tetapi juga memperkuat pemahaman dan toleransi antaragama. Artikel ini berpendapat bahwa pendekatan yang digunakan dalam program ini dapat diadopsi sebagai model pembangunan perdamaian yang efektif dan memberikan pelajaran berharga untuk inisiatif serupa di tingkat regional dan global.
Dualistic Interpretation Toward Plague in Islam: Indonesian Muslim Responses and The Shifting of Worship Practices during Pandemic Try Ramadhani, Moch. Rafly; Tsauro, M. Ahalla
Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum Vol 57 No 1 (2023)
Publisher : UINSunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajish.v57i1.1285

Abstract

The Covid-19 pandemic that hit the world some time ago has affected a number of aspects in the life of mankind, including in the social interaction of the community. In Indonesia, Covid-19 has even led to policies on restrictions in worship practices. This article examines and critically evaluates the various interpretations and responses of religious organizations and Indonesian Muslims to the provisions of worship restrictions during the Covid-19 pandemic. Using a literature-based qualitative research method and a sociological approach, this article concludes that the different interpretations of Covid-19 among Muslim communities have played an important role in shaping responses and worship behavior during the pandemic. Some Muslims think rationally and interpret Covid-19 as a disaster and test of humanity. Based on this, they are more adaptive to government policies and regulations in carrying out worship. While some other Muslims who think fatalistically interpret Covid-19 as God’s punishment and destiny so they oppose health protocols. The different interpretations and responses of Muslims to the regulations on restrictions on worship during the Covid-19 pandemic are actually a continuation of the dualistic interpretation of the plague between rationalistic and fatalistic reasoning that has appeared in Islamic history. In today’s modern era, it is necessary to build a new paradigm that respects religious and scientific perspectives in a balanced manner so that it can transform from a dualistic approach to an integrative approach. Pandemi Covid-19 yang beberapa waktu lalu melanda dunia telah mempengaruhi sejumlah aspek dalam kehidupan umat manusia, termasuk dalam pergaulan sosial masyarakat. Di Indonesia, Covid-19 bahkan telah memunculkan kebijakan tentang pembatasan dalam praktik beribadah. Artikel ini mengkaji dan mengevaluasi secara kritis atas ragam interpretasi dan respons organisasi keagamaan serta umat Islam Indonesia terhadap ketentuan pembatasan ibadah selama pandemi Covid-19. Menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis kepustakaan dan pendekatan sosiologis, artikel ini menyimpulkan bahwa perbedaan penafsiran terhadap Covid-19 di kalangan masyarakat muslim telah berperan penting dalam membentuk respons dan perilaku beribadah selama pandemi. Sebagian umat Islam berpikir rasional dan memaknai Covid-19 sebagai bencana dan ujian kemanusiaan. Atas dasar hal tersebut mereka bersikap lebih adaptif terhadap kebijakan dan aturan pemerintah dalam menjalankan ibadah. Sementara itu, sebagian umat Islam lainnya yang berpikir fatalistik dan menafsirkan Covid-19 sebagai hukuman dan takdir Tuhan sehingga mereka menentang protokol kesehatan. Perbedaan penafsiran dan respons umat Islam terhadap peraturan pembatasan beribadah selama pandemi Covid-19 tersebut sebenarnya merupakan kelanjutan dari penafsiran dualistik terhadap wabah antara penalaran rasionalistik dan fatalistik yang pernah muncul dalam sejarah Islam. Di era modern saat ini, perlu dibangun paradigma baru yang menghargai perspektif agama dan keilmuan secara berimbang sehingga mampu bertransformasi dari pendekatan dualistik menuju ke pendekatan integratif.