Abdullah Hadani
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kisah Maryam binti Imran dalam QS. Maryam: 16-30 Perspektif Hermeneutika Wilhelm Dilthey Hadani, Abdullah; Abdullah Hadani; Bakar, Abu; Elina Nurjannah
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v4i2.24719

Abstract

Qaṣaṣ al-Qur’an merupakan satu kajian khusus yang dihadirkan oleh ulama ahli tafsir dalam memahami kisah yang ada dalam al-Qur’an. Qaṣaṣ al-Qur’an ini banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah suatu bangsa dan peninggalan komoditi tertentu (umat beragama). Kemudian diungkapkan dengan gaya bahasa yang beresensi tinggi dengan metode cerita yang menarik dan tidak bisa ditandingi. Penelitian ini akan mengkaji salah satu kisah dalam al-Qur’an yakni kisah Maryam binti Imran dalam QS. Maryam ayat 16-30. Maryam merupakan sosok perempuan yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Selain menjadi sosok ibu bagi nabi Isa, nama Maryam juga diabadikan sebagai nama surah dalam al-Qur’an serta namanya disebut sebanyak 34 kali dalam al-Qur’an. Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif hermeneutika Wilhelm Dilthey. Kajian ini menggunakan model kualitatif dengan jenis penelitan pustaka karena objek kajiannya bersifat holistik, sehingga sumber data diambil dari literatur baik buku, jurnal, maupun artikel lepas. Dalam penelitian ini, kisah Maryam diteliti dari aspek sosio historis dan humanistis melalui telaah pengalaman (erlebniz), ekspresi (ausdruck), dan pemahaman (verstehen). Dari aspek erlebniz ditemukan bahwa kisah tersebut dituturkan oleh Allah kepada Muhammad SAW sebagai kepentingan bermuatan dakwah. Dalam aspek ausdruck, pengungkapan kisah tersebut sebagai bentuk ekspresi kekuasaan Allah Yang Maha Tahu dan menguasai segala hal yang dipertentangkan. Kemudian aspek verstehen menjelaskan bahwa kisah Maryam binti Imran patut direnungkan dan diteladani keberadaannya.