Total kumulatif produksi minyak saat ini di Struktur North Kutai Lama (NKL) sekitar 70% berasal dari reservoir D-10 yang terletak di sayap (flank) antiklin timur dari ujung utara Antiklinorium Samarinda. Namun demikian, pengembangan reservoir inimempunyai kendala dalam pemodelan fasies karena kurangnya data sumur yang menembus area flank dan reservoir D-10 tidak menerus hingga ke bagian punggungan (crestal) dari Antiklinorium Samarinda. Ketidak menerusan ini terlihat dari posisireservoir minyak pada area flank berada di bawah kontak minyak-air dari reservoir di daerah crestal dan tren evolusi tekanan terlihatberbeda antara bagian crestal dan flank. Salah satu tahapan penting dalam pemodelan fasies adalah analisis paleo-depositional environment yang tentunya berkaitan dengan penentuan fasies reservoir. Penelitian ini melakukan pendekatan terintegrasi dengan memanfaatkan dan mensintesiskan lima data, yaitu analisis biostratigrafi, elektro-fasies, besar butir, struktur sedimen dan paleocurrent sertasa linitas reservoir. Korelasi antar sumur dilakukan dengan menggunakan konsep cyclothem, karena terdapat perulangan lapisan Batubara yang membatasi lapisan batupasir baik secara lateral maupun vertikal. Tahapan berikutnya adalah interpretasi tren fasies dari peta Net to Gross (NTG) yang dikontrol oleh anomali atribut seismik, penentuan? Nilai NTG tiap sumur, perbedaan kontak fluida, analisis evolusi tren tekanan dan rasio lebar sungaiterhadap netsand. Pendekatan terintegrasi terbukti dapat menjawab permasalahan pada distribusi fasies dankonektivitas reservoir D-10. Tentunya peta NTG digunakan sebagai tren pada saat pemodelan fasies secara 3D, sehingga perhitungan volume hidrokarbon menjadi lebih realistis. Kata kunci: Analisis terintegrasi, lingkungan pengendapan purba, pemodelan fasies, atribut seismik, cyclothem