Pratita, Raras
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Laporan Kasus: FENITOIN SEBAGAI PENYEBAB DRUG REACTION WITH EOSINOPHILIA AND SYSTEMIC SYMPTOMS PADA PASIEN EPILEPSI: TANTANGAN DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI Brahmanti, Herwinda; Pratita, Raras
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 4 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.04.7

Abstract

Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom (DRESS) merupakan adverse-drug reaction (ADR) yang ditandai dengan erupsi eritematosa, demam, kelainan hematologi dan keterlibatan organ dalam. Sindrom DRESS sering disebabkan oleh obat (antibiotik, anti inflamasi non steroid, obat anti epilepsi, dan anti HIV), namun juga dapat disebabkan oleh koinfeksi virus (Human Herpes Virus-6/HHV-6). Tujuan penulisan kasus ini adalah untuk menambah kewaspadaan klinis mengenai kemungkinan terjadinya ADR saat pemberian terapi pada pasien. Pada kasus ini, seorang perempuan usia 19 tahun dengan keluhan bercak kemerahan disertai gatal di seluruh tubuh. Keluhan dirasakan 2 minggu setelah mengkonsumsi obat fenitoin. Demam 1 hari sebelum munculnya bercak merah serta didapatkan adanya bengkak pada kedua kelopak mata. Pemeriksaan  laboratorium menunjukkan adanya eosinophilia dan peningkatan fungsi liver. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium lalu dilakukan pemeriksaan skoring DRESS dengan memakai RegiSCAR didapatkan skor total 5 dengan kesimpulan probable DRESS. Pasien didiagnosis dengan DRESS akibat obat yang dicurigai sebagai penyebab yaitu fenitoin. Pasien mendapat terapi oral methylprednisolone dan menghentikan konsumsi fenitoin. Pada pemantauan hari ke-8 didapatkan adanya perbaikan. Methylprednisolon kemudian diturunkan secara bertahap. Sindrom DRESS memiliki gambaran manifestasi klinis yang serupa dengan penyakit lain. Penegakan diagnosis dan etiologi sangat penting untuk menentukan tatalaksana yang tepat dan menekan mortalitas.