Wilayah Nusa Tenggara Barat memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi. Sebelum terjadinya suatu kejadian gempa bumi, terlebih dahulu didahului oleh keadaan seismik tenang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan laju seismik yang diamati dari fenomena seismik tenang dan luas deformasi. Metode perubahan laju seismik yang digunakan adalah distribusi spasial z-value. Dan metode luas deformasi yang digunakan adalah rumusan Utsu dan Seki untuk gempa bumi M7,0 pada tanggal 5 Agustus 2018 dengan input magnitudo permukaan. Penelitian ini menggunakan data dari website USGS periode 1983-2023. Pada penelitian ini terdapat tiga zona fokus penelitian yaitu gempa bumi tahun 2009 (M6,6), gempa bumi tahun 2018 (M7,0) dan gempa bumi tahun 2018 (M6,9). Dengan menggunakan metode distribusi spasial z-value, wilayah dibagi menjadi beberapa grid. Nilai z dihitung pada setiap grid dan menggambarkan perubahan laju seismik. Fenomena tersebut dapat dilihat berdasarkan perubahan laju seismik yang telah diperoleh. Hasil yang diperoleh, pada zona pertama terjadi peningkatan aktivitas seismik sebelum gempa bumi 2009, zona kedua dan zona ketiga terjadi fenomena seismic quiescence yang mendahului gempa bumi 2018. Berdasarkan sebaran spasial z-value awal tahun 2023, terjadi fenomena penurunan aktivitas seismik di sebagian wilayah Nusa Tenggara Barat. Serta terjadi deformasi sebesar 1.091,44 km2 pada gempa bumi M7,0 tanggal 5 Agustus 2018. Hal ini patut diduga sebagai awal gejala gempa bumi di masa mendatang .