Remaja adalah masa antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada tahap ini, orang mengalami perubahan yang sangat cepat, yang mencakup perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Akibatnya, mereka membutuhkan lebih banyak nutrisi. Remaja memerlukan perhatian khusus pada status gizi mereka karena mereka masih dalam fase pertumbuhan dan pembentukan diri, yang dapat memengaruhi kondisi gizi mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk diketahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi (RLPP) pada remaja di SMAN 12 Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional serta pengumpulan data yang dilakukan dengan tape measure untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul, formulir SQ-FFQ modifikasi untuk mengukur kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan kuisioner IPAQ untuk mengukur tingkat aktivitas fisik. Berdasarkan Hasil Uji Spearman rho yang menunjukkan nilai p=0,001 dan nilai r (correlation coefficient) senilai 0,236 maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan lemah dengan arah positif antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi (RLPP) yang menandakan semakin meningkat konsumsi makanan cepat saji (frekuensi makan) maka status gizi (RLPP) akan meningkat yang menyatakan berisiko obesitas. Berdasarkan Hasil Uji Spearman rho yang menunjukkan nilai p=0,016 dan nilai r (correlation coefficient) senilai -0,315 maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan lemah dengan arah negatif antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi (RLPP) yang menandakan semakin meningkat tingkat aktivitas fisik (frekuensi aktivitas) maka status gizi (RLPP) akan menurun yang menyatakan tidak berisiko obesitas. Remaja sebaiknya menghindari makanan cepat saji yang kaya kalori dan gula, dan lebih memilih makanan bergizi seperti buah, sayur, dan protein sehat. Aktivitas fisik juga penting; lakukan olahraga minimal 150 menit per minggu untuk membakar kalori dan menjaga kesehatan