Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Antara Empirisme dan Nativisme; Makna Fthrah dalam Hadits Nabi Sulastri, Sulastri; Azizah, Azizah; Alfiah, Alfiah; Marlizayani, Marlizayani; Faridah, Faridah
Kutubkhanah Vol 24, No 2 (2024): Juli - Desember
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/kutubkhanah.v24i2.35074

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas komparasi antara Pendidikan Islam dengan aliran empirisme, dan pendidikan Islam dengan aliran nativisme dalam makna fithrah dalm Hadits Nabi. Secara khusus, tulisan ini membahas tentang fitrah seorang anak ketika sebelum dilahirkan ke dunia, dan perkembangannya ketika hidup di dunia dalam beragama. Hadis yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya. Dimana hadis tersebut adalah hadis yang sahih dan memiliki syahid dan mutabi’ sebagai penguat hadis tersebut Tulisan ini diproyeksian sebagai tinjauan bahwa agama (islam) itu fitrah dan bukan merupakan dari keturunan. Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka. Data dikumpulkan melalui dokumentasi literatur dan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: Persamaan dan perbedaan pendidikan Islam dan aliran empirisme antara lain: pertama, keduanya sepakat bahwa anak yang baru lahir adalah suci, ibarat kertas kosong yang siap ditulis oleh pendidik. Kedua, dengan adanya perbedaan konsep antara konsep fitrah dan teori empiris, maka peranan pendidik dalam konsep pendidikan Islam lebih terbatas dibandingkan dengan peranan pendidik dalam aliran empirisisme dalam membentuk serta mengembangkan kepribadian anak didik tersebut. Persamaan dan perbedaan pendidikan Islam dengan aliran nativisme yaitu: pertama, bahwa keduanya mengakui pentingnya faktor pembawaan, sehingga anak didik mempunyai peran besar dalam membentuk dan mengembangkan kepribadiaannya. Fungsi pendidik dalam hal ini hanya sebagai fasilitator. Kedua,dalam pendidikan Islam, disebabkan nilai agama memiliki kebenaran mutlak, maka pendidik bukan hanya sekedar fasilitator tetapi pendidik juga bertanggung jawab terbentuknya kepribadian muslim pada anak didik
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF FIQIH Marlizayani, Marlizayani; Chanifudin, Chanifudin
PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan Vol 13 No 1 (2025): Pedagogika : Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/pedagogikavol13issue1page209-217

Abstract

Dalam pendidikan dewasa ini, tantangan besar timbul mengenai penetapan materi yang harus diajarkan dan cara penyusunannya. Nilai-nilai yang akan diterapkan dan strategi penyusunan kurikulum menjadi aspek yang sangat penting bagi para perencana pendidikan. tantangan dalam penyusunan kurikulum pendidikan, terutama dalam menghadapi tekanan dari pendidikan modern dan sekuler, serta tradisi pembelajaran Islam. Penetapan materi yang diajarkan dan cara penyusunannya sangat penting bagi perencana pendidikan. Kurikulum harus didesain untuk membantu siswa memahami dunia dan peran mereka di dalamnya, mendorong mereka menemukan koneksi yang lebih luas dalam proses belajar. Penyusunan kurikulum juga harus berfokus pada tahap perkembangan alami anak didik, mencakup komponen-komponen penting untuk pembentukan kepribadian yang seimbang. Kurikulum berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sebagai panduan dalam pengajaran. Dalam konteks pendidikan Islam, kurikulum perlu dirancang untuk membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
The Role of Tawḥīd Values in Shaping Islamic Character among Malay Communities of the Archipelago Sa’diah, Halimatu; Riadi, Haris; Marlizayani, Marlizayani; Faridah, Faridah
Edunesia : Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 6 No. 3 (2025)
Publisher : Research, Training and Philanthropy Institution Natural Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51276/edu.v6i3.1310

Abstract

Before the arrival of Islam, the Malay community was known to adhere to animism and dynamism and was influenced by Hindu and Buddhist teachings. Religious transformation began when Islam entered through trade routes, with Arab traders as the bearers of the teachings of monotheism. The values of the monotheistic creed that were gradually instilled not only changed the belief system of the Malay community but also shaped the identity and character of Islam. This study aims to examine the role of the values of the monotheistic creed in shaping the character of Islam within the Malay community, which is integrated with local culture. This study employs a descriptive qualitative approach, utilizing a library research method that involves examining academic literature, historical documents, and local cultural sources. The results of the study indicate that the monotheistic creed makes a significant contribution to shaping the character of a faithful, sincere, responsible, disciplined person who upholds the values of divinity. The monotheistic creed also strengthens the identity of Malay Islam and serves as a moral foundation in community life. The implications of this study suggest that understanding and strengthening the values of monotheism rooted in local culture can be utilized as an effective, wisdom-based character education strategy in responding to moral challenges in the modern era.